skorbolaindonesia – Setelah bergabung dengan Manchester United pada musim panas 2021, Raphaël Varane segera menjadi salah satu pemain kunci di lini pertahanan tim. Sebagai pemenang Liga Champions dan salah satu bek tengah terbaik di dunia, Varane diharapkan membawa kestabilan dan pengalaman bagi United. Namun, perjalanan karier Varane di Old Trafford tidak selalu mulus, dan baru-baru ini, ia mengungkapkan ketidaknyamanannya bermain di bawah Erik ten Hag, terutama dengan taktik dan filosofi yang diterapkan oleh pelatih asal Belanda tersebut.
Dalam sebuah wawancara eksklusif yang mencuri perhatian banyak penggemar sepak bola, Varane berbicara secara terbuka tentang bagaimana dirinya merasa tidak sepenuhnya nyaman dengan pendekatan taktikal Ten Hag yang dianggapnya “kaku” dan “tidak fleksibel.” Pernyataan ini mengejutkan banyak pihak, mengingat Varane adalah pemain yang sangat berpengalaman, yang telah bermain di bawah berbagai pelatih top dunia. Namun, dia memberikan pandangan yang jujur mengenai perasaan pribadi dan tantangan yang dia hadapi saat bermain di bawah kepemimpinan Ten Hag di Manchester United.
Taktik Ten Hag: Filosofi yang Tidak Nyaman untuk Varane
Sejak kedatangannya pada musim 2022, Erik ten Hag mulai menerapkan filosofi sepak bola yang terstruktur dengan sangat detail di Manchester United. Taktik utama Ten Hag dikenal dengan permainan yang mengandalkan penguasaan bola yang rapi, tekanan tinggi, dan transisi yang cepat. Namun, meskipun sistem ini banyak diapresiasi oleh sebagian besar penggemar sepak bola, bagi beberapa pemain, ini ternyata lebih sulit untuk diterapkan.
Varane, yang sudah terbiasa dengan permainan lebih pragmatis dan efisien, merasa bahwa filosofi Ten Hag agak sulit untuk diadaptasi. Menurut Varane, taktik yang diterapkan oleh Ten Hag terkadang terlalu kaku, terutama bagi seorang bek yang lebih terbiasa dengan pendekatan yang lebih fleksibel dan adaptif dalam menghadapi tekanan dari lawan. Dalam filosofi Ten Hag, setiap pemain diharuskan memainkan peran tertentu dengan sangat spesifik, yang membuat pemain seperti Varane merasa terbatas dalam hal kebebasan bertindak.
“Di bawah Ten Hag, ada banyak hal yang harus dipatuhi,” ungkap Varane dalam wawancara tersebut. “Kami harus sangat terorganisir, tetapi terkadang terlalu terorganisir sampai-sampai kami kehilangan kebebasan untuk bereaksi terhadap situasi di lapangan. Saya sudah bermain di berbagai tim besar sebelumnya, dan saya tahu bahwa taktik adalah hal yang penting, tapi Anda juga perlu fleksibilitas untuk membaca permainan dan beradaptasi dengan cepat. Di sini, saya merasa banyak momen di mana saya lebih banyak terikat pada peran yang kaku.”
Perbandingan dengan Pengalaman Sebelumnya
Bagi Varane, pengalaman bermain di bawah pelatih seperti Zinedine Zidane di Real Madrid sangat berbeda. Zidane dikenal dengan filosofi yang lebih terbuka, di mana para pemain diberi kebebasan untuk menyesuaikan gaya permainan mereka dengan situasi pertandingan. Hal ini sangat berbeda dengan pendekatan yang diterapkan Ten Hag, yang lebih menekankan pada kontrol ketat atas setiap aspek permainan.
“Saat saya di Madrid, kami punya banyak kebebasan dalam bermain. Zidane memberikan banyak ruang bagi kami untuk bereaksi terhadap permainan dan menghadapi lawan dengan cara yang lebih spontan. Kami lebih mengandalkan insting dan kekompakan tim, sementara di sini saya merasa lebih sering harus mengorbankan intuisi saya untuk mengikuti pola yang sangat ketat,” lanjut Varane.
Keinginan untuk bermain dengan lebih bebas dan tidak selalu terikat pada instruksi taktik yang kaku menjadi titik ketidaknyamanan Varane. Meskipun dia mengakui pentingnya struktur dalam tim, dia juga merasa bahwa kadang-kadang terlalu banyak aturan membuatnya kesulitan beradaptasi dengan situasi permainan yang terus berubah.
Baca Juga:
- Diincar Liverpool, Bayern Munchen Pagari Beknya dengan Kontrak Baru
- Krisis Manchester United di Bawah Ruben Amorim: Ada 9 Statistik yang Mengkhawatirkan
Kaku dan Kurangnya Fleksibilitas dalam Bertahan
Salah satu area yang paling diwarnai dengan ketidaknyamanan bagi Varane adalah aspek pertahanan. Dalam taktik Ten Hag, lini belakang diharuskan untuk memainkan bola dari belakang dan membangun serangan dari area pertahanan. Hal ini terkadang membuat para bek, termasuk Varane, terpaksa mengambil risiko besar dengan mengoper bola melalui area yang lebih padat atau melakukan pergerakan yang tidak sepenuhnya mereka nyaman lakukan.
“Di beberapa situasi, kami harus memainkan bola keluar dari belakang, bahkan ketika kami tahu lawan sedang menekan tinggi. Itu membuat kami, terutama di lini belakang, lebih rentan. Tentu, saya mengerti tujuan dari permainan ini adalah untuk menguasai bola. Tetapi kadang-kadang kita harus lebih realistis dan memilih opsi yang lebih aman,” jelas Varane.
Ketika Manchester United menghadapi tim dengan pressing tinggi. Varane merasa bahwa sistem yang terlalu terstruktur ini tidak memberikan banyak kebebasan bagi dirinya untuk mengatasi tekanan yang datang dari lawan. Dalam situasi-situasi seperti itu. Varane merasa lebih terbatas dan lebih sering terpaksa membuat keputusan yang tidak optimal karena terikat dengan instruksi pelatih.
Tantangan dalam Menyesuaikan Diri
Namun, meskipun merasa tidak nyaman, Varane tidak menyerah begitu saja. Sebagai pemain yang berpengalaman, dia tahu bahwa penyesuaian diri adalah bagian dari tantangan besar ketika bermain di klub-klub besar. Meskipun tidak mudah, Varane berusaha untuk memahami dan mengadaptasi diri dengan filosofi Ten Hag.
“Saya tidak ingin terjebak dalam kritik atau keluhan. Setiap pelatih memiliki filosofi dan cara mereka sendiri. Tugas saya adalah beradaptasi dan mencari cara terbaik untuk membantu tim. Saya tahu saya harus lebih fleksibel dan bisa beradaptasi dengan taktik yang ada. Tapi saya juga merasa bahwa terkadang kami harus tahu kapan untuk mengambil keputusan lebih cepat. Tanpa terlalu terikat pada struktur yang ada,” ujar Varane.
Varane menyadari bahwa jika dia ingin terus sukses di Manchester United. Dia harus bisa mengatasi perasaan tidak nyaman ini dan menemukan cara untuk menyeimbangkan kebebasannya dengan kebutuhan untuk mengikuti instruksi pelatih.
Ten Hag: Apakah Ada Perubahan di Masa Depan?
Meskipun ada ketidaknyamanan yang dirasakan oleh Varane. Ini bukan berarti bahwa hubungan antara sang pemain dan Erik ten Hag telah retak. Varane masih memiliki rasa hormat besar terhadap pelatihnya dan mengakui bahwa Ten Hag telah membawa perubahan yang signifikan dalam tim. Baik dalam hal intensitas permainan maupun pengembangan individu.
Namun, dengan pernyataan terbuka ini. Pertanyaan besar muncul: apakah Ten Hag akan mempertimbangkan untuk memberikan lebih banyak fleksibilitas kepada para pemain. Khususnya di lini belakang? Dalam sepak bola modern, manajer harus mampu menyesuaikan gaya bermain dengan karakteristik pemain mereka. Terlalu banyak ketergantungan pada satu filosofi yang kaku bisa berisiko, terutama jika tidak cocok dengan beberapa pemain.