skorbolaindonesia – Ruben Amorim dan Manchester United. Dua nama yang akhir-akhir ini sering muncul berdampingan di berbagai lini masa sepak bola, terutama setelah laporan yang menyebutkan bahwa pelatih Sporting CP itu menjadi kandidat utama untuk menggantikan Erik ten Hag musim depan. Tak butuh waktu lama, reaksi para fans pun bermunculan, dan yang paling menarik perhatian adalah komentar tajam sekaligus penuh keyakinan:
“AADG – Asal Dikasih Gelandang, juara itu urusan waktu. Beri pemain yang tepat, Man United bisa juara sebelum Arteta!”
Pernyataan ini menggambarkan betapa besarnya harapan fans terhadap sosok Ruben Amorim. Tapi apakah benar pelatih muda asal Portugal itu adalah solusi untuk kebangkitan Manchester United? Atau ini hanya ekspektasi dadakan karena bosan dengan performa inkonsisten Setan Merah di bawah Ten Hag?
Ruben Amorim, “The Tactical Geek” dari Lisboa
Sebelum terlalu jauh membandingkannya dengan Mikel Arteta, kita harus mengenal siapa sebenarnya Ruben Amorim. Pelatih berusia 39 tahun ini telah mengukir prestasi luar biasa di Portugal bersama Sporting CP. Ia membawa Sporting meraih gelar Liga Portugal 2020/21, yang merupakan gelar liga pertama mereka dalam hampir dua dekade. Gaya mainnya identik dengan intensitas, struktur, dan keberanian menggunakan pemain muda.
Formasi favorit Amorim adalah 3-4-3 dengan transisi yang sangat cepat. Ia menyukai pressing tinggi dan sangat detail dalam membangun permainan dari belakang. Banyak pengamat menyebut sebagai pelatih “taktikal” yang punya DNA sepak bola modern—dan yang paling menarik, ia masih sangat muda, seumur dengan Cristiano Ronaldo.
Maka tak heran jika nama Amorim mulai digadang-gadang sebagai salah satu pelatih masa depan Eropa. Ia bahkan sempat masuk radar Chelsea dan PSG, tapi sepertinya Manchester United-lah yang paling serius.
Kenapa Fans MU Ngarep Banget?
Reaksi fans Manchester United terhadap kabar ketertarikan klub terhadap Amorim terbilang unik. Alih-alih skeptis terhadap pelatih yang belum pernah melatih di liga top, banyak fans justru sangat antusias. Salah satu alasan utamanya? Trauma dan kejenuhan.
Setelah era Sir Alex Ferguson berakhir pada 2013, Manchester United telah bergonta-ganti pelatih—dari Moyes, Van Gaal, Mourinho, Solskjaer, Ralf Rangnick hingga Ten Hag—namun belum ada yang bisa mengembalikan kejayaan klub.
Mereka haus akan sesuatu yang baru. Filosofi baru. Wajah baru. Dan yang lebih penting: pelatih yang bisa membangun proyek jangka panjang dengan identitas yang jelas. Bagi banyak fans adalah “versi ideal” dari Arteta atau Xabi Alonso, pelatih muda yang paham taktik dan bisa membentuk tim dari nol.
Apalagi, melihat keberhasilan Arteta yang perlahan membawa Arsenal kembali ke papan atas dengan proyek jangka panjang, banyak fans MU yang mulai merasa iri. Lalu muncul meme dan komentar seperti:
- “Kalau Amorim dikasih pemain seperti Declan Rice dan Odegaard, kita bisa juara lebih cepat dari Arsenal.”
- “Amorim bakal jadi Arteta-nya Man United. Tapi lebih cepat sukses.”
- “AADG – Asal Amorim Dikasih Gelandang.”
AADG – Asal Amorim Dikasih Gelandang?
Istilah AADG yang mulai viral di kalangan fans United sebenarnya berangkat dari satu realitas pahit: lini tengah Manchester United sedang krisis identitas.
Casemiro sudah mulai kehilangan kecepatan, Eriksen tidak lagi bisa mengontrol tempo, dan Mount belum memberi dampak signifikan karena cedera. Sementara Kobbie Mainoo, meskipun menjanjikan, masih butuh mentor dan waktu.
Amorim dikenal sangat bergantung pada keseimbangan lini tengah. Di Sporting, ia punya Joao Palhinha (sebelum dijual ke Fulham), lalu Manuel Ugarte, dan pemain-pemain muda seperti Morita atau Morten Hjulmand. Semua bermain dengan intensitas tinggi dan penuh determinasi. Jika datang ke MU dan diberikan satu gelandang bertahan elite plus satu kreator modern, gaya mainnya bisa berjalan dengan lebih mulus.
Baca Juga:
- Mentalitas Real Madrid: Tahu Cara Menang di Laga Krusial
- Man of the Match Liverpool vs PSG: Gianluigi Donnarumma
Fans pun mulai menyusun “wishlist” untuk Amorim: Joao Neves dari Benfica, Amadou Onana dari Everton, atau bahkan comeback gila-gilaan seperti Frenkie de Jong yang sempat dikejar MU musim lalu.
“AADG! Kasih Onana dan Neves, kasih waktu 1 musim aja, kita pasti top 2.”
Meme pun bertebaran. Ada yang menyandingkan dan Mainoo sebagai versi “Enzo dan Caicedo yang bener”, atau menyebut Amorim bakal ‘menyulap’ Hannibal Mejbri jadi Bruno Fernandes versi ke-2.
Amorim vs Arteta – Siapa Lebih Siap?
Membandingkan dengan Mikel Arteta tentu menarik. Keduanya muda, ambisius, dan punya pendekatan modern terhadap taktik dan pengembangan pemain. Tapi satu hal yang membedakan adalah: pengalaman di lingkungan Liga Inggris.
Arteta belajar bertahun-tahun sebagai asisten Pep Guardiola di Manchester City. Ia juga tahu budaya Inggris, tekanan media, dan kejamnya fans Premier League. Amorim, sejauh ini, hanya melatih di Portugal.
Namun, banyak fans MU justru melihat ini sebagai keuntungan:
- “Arteta butuh 4 tahun dan 300 juta pounds buat bikin Arsenal kayak sekarang bisa lebih cepat asal dapet support yang benar.”
- “Arteta sukses karena Arsenal sabar. MU juga harus belajar sabar, tapi lebih berani dan taktis.”
Fans seolah yakin bahwa jika Amorim diberikan skuad dan dukungan seperti yang diterima Arteta—baik dari manajemen maupun direksi—ia bisa menciptakan fondasi yang kuat lebih cepat.
Tantangan Besar Menanti
Meski begitu, fans yang terlalu euforia juga perlu sadar bahwa melatih Manchester United bukan tugas yang mudah. Amorim bakal menghadapi tekanan media Inggris yang brutal, ekspektasi besar dari fans global, dan tuntutan instan dari pemilik klub yang haus prestasi.
Belum lagi urusan dengan ego pemain, ekspektasi sponsor, dan manajemen ruang ganti yang kompleks. Butuh keberanian dan kejadian luar biasa untuk bisa bertahan di Old Trafford.
Tapi melihat bagaimana ia mengelola ruang ganti Sporting yang penuh pemain muda, ditambah bagaimana ia mampu menjinakkan lawan-lawan besar di Liga Portugal, Amorim tampaknya punya mentalitas yang dibutuhkan.
Apalagi, laporan menyebutkan bahwa Sir Jim Ratcliffe dan INEOS Group—pemilik minoritas yang kini memegang kendali olahraga di MU—ingin membangun fondasi jangka panjang. Amorim cocok dengan visi ini.
Optimisme, Tapi Tetap Realistis
Reaksi fans terhadap rumor Ruben Amorim ke Manchester United menggambarkan satu hal: rasa lapar akan perubahan nyata. Mereka butuh proyek baru, arah baru, dan pelatih yang bisa membentuk identitas permainan yang jelas. Dalam sosok Amorim, mereka melihat harapan itu.
Istilah AADG (Asal Amorim Dikasih Gelandang) mungkin terdengar bercanda, tapi di baliknya ada fakta bahwa pelatih modern seperti Amorim memang butuh alat tempur yang tepat untuk menjalankan visinya.
Namun, sebaiknya semua pihak tetap realistis. Butuh waktu, kesabaran, dan dukungan menyeluruh untuk bisa membangun proyek seperti yang dilakukan Arteta di Arsenal. Fans United memang boleh percaya bahwa Amorim bisa membawa mereka juara lebih cepat, tapi itu hanya akan terjadi jika klub belajar dari masa lalu—dan benar-benar mendukung pelatih dengan proyek jangka panjang, bukan hanya anggaran transfer musiman.
Tapi satu hal pasti: jika benar Amorim datang dan mendapatkan “gelandang yang tepat”, Premier League bisa saja menyaksikan kebangkitan Manchester United—dan kali ini, bukan lewat nama besar, tapi lewat ide besar.