skorbolaindonesia – Timnas Indonesia U-22 bakal “bertarung” lawan Mali U-22 dalam dua kali laga uji coba di periode November 2025 ini. Nah, Skuad Garuda Muda ini “menggantikan” agenda FIFA Matchday Timnas senior.
Sebagai gantinya, agenda ini diisi dengan laga uji coba Timnas Indonesia U-22 buat persiapan SEA Games 2025 di Thailand. Untuk laga pertama, digelar di Stadion Pakansari, Sabtu (15/11/2025) malam ini, disusul laga kedua di tempat yang sama, Selasa (18/11/2025).
Tim Garuda Muda pantang memandang remeh Mali. Soalnya, sang lawan adalah salah satu tim kuat di Afrika. Di sisi lain, pasukan Indra Sjafri lagi mempersiapkan diri buat misi berat: mempertahankan medali emas SEA Games!
Untungnya, Coach Indra Sjafri punya segudang amunisi buat meredam Mali. Siapa aja pemain yang bakal jadi kunci permainan? Ini dia 3 pemain kreatif yang jadi senjata utama.

Bukan Lawan Enteng: Mali Itu ‘Monster’ Afrika
Sebelum kita bedah pemain kita, lo harus tahu dulu lawannya. Memandang remeh Mali U-22 (atau U-23) adalah kesalahan fatal, bray. Faktanya, Timnas Mali U-23 adalah salah satu kekuatan terbesar di Afrika. Buktinya, mereka baru aja lolos ke Olimpiade Paris 2024 setelah menjadi juara ketiga di Piala Afrika U-23. Artinya, pemain yang mereka bawa ke Indonesia (meski mungkin pelapis) punya standar fisik, kecepatan, dan power di atas rata-rata tim Asia Tenggara. Oleh karena itu, ini bakal jadi ujian fisik sesungguhnya buat skuad Indra Sjafri.
1. Dony Tri Pamungkas (Si Serba Bisa)
Pertama, ada sosok Dony Tri Pamungkas. Dia ini sayap kiri yang susah banget digantiin di Timnas U-23. Meskipun di Persija dia belum jadi pemain inti utama, Dony tetap aset besar dengan bakat alaminya.
Jam terbangnya juga pelan-pelan nambah, bahkan dia beberapa kali main buat Timnas Indonesia senior (kayak di Piala AFF 2024 lalu).
Kemampuannya: Kecepatan, kelincahan, dan fleksibilitas di sisi kiri. Dia bisa main jadi bek sayap (bertahan) atau winger (nyerang). Umpan-umpan akuratnya dan mobilitas tingginya itu yang bikin dia spesial.
Kematangan Didikan Thomas Doll
Selain itu, fleksibilitas Dony (bisa jadi bek atau winger) adalah hasil tempaan keras di Persija. Sejak debut di usia 16 tahun, Dony sering “dipaksa” bermain di luar posisi aslinya oleh pelatih Thomas Doll. Apalagi, dalam formasi 3-4-3 atau 3-5-2 ala Doll, Dony dituntut punya stamina kuda untuk naik-turun sebagai wing-back. Makanya, mental dan mobilitasnya sudah teruji di level senior.
2. Arkhan Fikri (Si ‘Otak’ Lini Tengah)
Berikutnya adalah Arkhan Fikri, gelandang jangkar penuh visi yang kita punya. Sama kayak Dony, dia juga punya segudang pengalaman di Timnas senior dan jadi pemain kunci di klubnya, Arema FC.
Sejak dua musim terakhir, pesonanya terus melejit. Pemain berusia 20 tahun ini sangat diandalkan Tim Singo Edan, bahkan musim ini udah nyumbang dua gol plus satu assist dari delapan laga.
Kemampuannya: Visi main, umpan akurat, jago dribbling, dan bisa ngebuka ruang di area sempit. Dia jago baca permainan dan punya kreativitas serangan yang tinggi.
Si ‘Otak’ Permainan (Regista)
Yang bikin Arkhan Fikri spesial adalah perannya sebagai ‘Regista’ atau deep-lying playmaker. Beda dari gelandang serang biasa, Arkhan punya visi untuk mengatur tempo permainan dari lini tengah. Buktinya, dia adalah salah satu pemain termuda yang sudah dapat kepercayaan debut di Timnas Senior (era STY). Artinya, ketenangannya dalam menguasai bola dan membagi umpan akurat bakal jadi kunci buat ngademin permainan super fisik dari Mali.
3. Rafael Struick (Si ‘False Nine’ Pekerja Keras)
Ketiga, ada Rafael Struick. Meskipun dia baru ngemas tujuh caps bersama Dewa United di BRI Super League musim ini, pengalamannya jauh lebih banyak dari rekan-rekannya.
Struick pernah menimba ilmu di Belanda (ADO Den Haag) dan tentu saja jadi striker andalan Timnas Indonesia senior pas zaman Shin Tae-yong.
Kemampuannya: Teknik, kecepatan, dan fleksibilitas. Dia ini penyerang serba bisa: bisa jadi winger, penyerang tengah, atau ‘False Nine’. Dia juga jago dribbling buat ngebuka ruang buat pemain lain.
Si ‘False Nine’ yang Disukai Pelatih
Kenapa Struick selalu jadi andalan (meski di klub caps-nya minim)? Karena dia bukan striker “target man” yang cuma nunggu bola. Struick adalah ‘False Nine’ atau “pressing forward” modern. Inilah yang bikin Shin Tae-yong dulu cinta mati padanya. Kemampuannya buat turun menjemput bola, membuka ruang, dan nge-press bek lawan tanpa henti (work rate tinggi) adalah senjata yang nggak dimiliki striker lain di skuad U-22.
Dilema Mewah Coach Indra: Main Pakai ‘False Nine’ atau ‘Target Man’?
Kehadiran tiga pemain ini (Dony, Arkhan, Struick) bikin Coach Indra Sjafri punya “dilema mewah” buat ngeracik taktik lawan Mali.
Seperti kita tahu, di SEA Games 2023, Indra Sjafri sukses besar pakai striker murni (Ramadhan Sananta) sebagai target man. Nah, di laga uji coba lawan Mali ini, kita bakal lihat apakah Coach Indra akan tetap pakai striker murni (kayak Hokky Caraka atau Zijlstra) atau beralih ke taktik ‘False Nine’ (Rafael Struick) yang lebih fleksibel.
Kemungkinan besar, Struick dan Dony akan diplot di sayap untuk ngacak-ngacak pertahanan Mali, sementara Arkhan Fikri jadi “bos” yang ngatur ritme di lini tengah.
