Begini Cara Spurs Tundukkan Manchester United di Final Europa: Analisis Taktik Skuad Postecoglou

skorbolaindonesia – Tottenham Hotspur akhirnya mencatatkan sejarah baru dengan menundukkan Manchester United di final UEFA Europa League musim ini. Dengan skor meyakinkan 2-0, pasukan Ange Postecoglou mengangkat trofi Eropa pertama mereka sejak era 1980-an dan melakukannya dengan gaya khas: menyerang, intens, dan penuh disiplin. Dalam artikel ini, kita akan membedah bagaimana pendekatan taktik Spurs mampu melumpuhkan skuad mahal milik Manchester United, serta mengapa ini menjadi tonggak perubahan besar bagi The Lilywhites.

Spurs Bangkit dan Membara

Sebelum masuk ke analisis taktik, perlu dicatat bagaimana Spurs melalui musim yang tak mudah. Absennya Harry Kane sempat menimbulkan banyak keraguan. Namun Postecoglou menjawab semua keraguan itu lewat revolusi taktik dan pembentukan mental juara dalam skuadnya.

Final melawan Manchester United jadi bukti transformasi itu: tidak gentar, penuh determinasi, dan tampil menyerang dari menit pertama.

Starting XI dan Formasi Dasar

Tottenham Hotspur (4-2-3-1):

  • GK: Vicario
  • DF: Porro, Romero, Van de Ven, Udogie
  • MF: Bissouma, Bentancur
  • AMF: Kulusevski (kanan), Maddison (tengah), Son (kiri)
  • FW: Richarlison

Manchester United (4-3-3):

  • GK: Onana
  • DF: Dalot, Varane, Martinez, Shaw
  • MF: Casemiro, Fernandes, Eriksen
  • FW: Antony, Højlund, Rashford
  • Babak Pertama: Spurs Mengendalikan Tengah, Manchester United Kehilangan Struktur

Sejak menit awal, Spurs bermain dengan garis tekanan tinggi. Strategi ini membuat lini tengah Manchester United terpaksa bermain buru-buru dan kehilangan kontrol permainan. Bissouma dan Bentancur tampil luar biasa dalam menutup ruang Bruno Fernandes dan Eriksen.

Tekanan Tinggi yang Disiplin

Spurs tidak hanya menekan tanpa arah. Pressing mereka terstruktur: saat bola ada di kaki Dalot atau Shaw, Son dan Kulusevski langsung memotong jalur umpan ke tengah, memaksa Manchester United bermain melebar. Casemiro pun kewalahan saat harus membagi fokus antara bertahan dan distribusi.

Statistik babak pertama:

  • Spurs: 9 intersep, 6 tackle sukses
  • Manchester United: hanya 1 tembakan on target

Maddison: Playmaker yang Menjadi Mimpi Buruk Manchester United 

James Maddison benar-benar menjadi nyawa permainan Spurs. Ia bergerak bebas di ruang antara lini tengah dan belakang Manchester United. Dengan visi dan sentuhan halus, Maddison membuat Martinez dan Varane beberapa kali kehilangan posisi.

Pada menit ke-28, Maddison mengirimkan through-pass tajam ke Richarlison yang disambut dengan tembakan mendatar—gol pembuka. Skenario yang terencana sempurna oleh Postecoglou.

Babak Kedua: Spurs Mengontrol Ritme, Manchester United Terlihat Putus Asa

Alih-alih bertahan setelah unggul, Spurs tetap mempertahankan intensitas. Ini membuat Manchester United makin frustasi dan melakukan banyak kesalahan sendiri. Tidak terlihat upaya berarti dari Rashford atau Antony untuk menembus pertahanan Spurs.

  1. Rotasi dan Ruang yang Efisien

Salah satu kekuatan Spurs adalah bagaimana pemain mereka saling bertukar posisi. Son beberapa kali masuk ke tengah, Maddison melebar, dan Kulusevski turun membantu build-up. Ini membuat lini pertahanan MU bingung siapa yang harus dikawal.

Pada menit ke-62, kombinasi Maddison–Son menghasilkan peluang matang. Bola pantul berhasil disambar Kulusevski dan mengubah skor menjadi 2-0.

  1. Pengelolaan Waktu dan Substitusi Cerdas

Postecoglou menarik Maddison dan Son pada menit 75, menggantinya dengan Højbjerg dan Solomon untuk menjaga ritme bertahan dan serangan balik. Pergantian ini membuat Spurs tetap berbahaya tapi tak membuka ruang untuk MU melakukan comeback.

Statistik tersebut menunjukkan bagaimana Spurs tidak hanya unggul secara teknis, tapi juga secara mental dan efisiensi permainan.

Baca Juga:

Faktor Kemenangan: Kecemerlangan Taktik Postecoglou

  1. Adaptasi dari Liga Domestik ke Eropa

Postecoglou paham benar bahwa sepak bola Eropa punya karakteristik berbeda. Ia mengatur agar pressing Spurs lebih berhati-hati dibanding saat di Premier League, menghindari risiko terkena serangan balik cepat MU.

  1. Penggunaan Width dan Ruang Antar Lini

Tottenham tak hanya bermain vertikal, tapi juga sangat efektif dalam membuka ruang melebar. Porro dan Udogie menjadi ancaman konstan dari sayap, membuat MU terus terseret keluar dari shape defensifnya.

  1. Fokus pada Transisi

Saat MU kehilangan bola, Spurs langsung menyerang dengan 3-4 pemain. Transisi cepat ini membuat MU kerap tidak siap dalam bertahan. Casemiro dan Eriksen tidak cukup cepat untuk memulihkan posisi.

MU: Tim Mahal, Tapi Gagal Tampil Sebagai Tim

Sebaliknya, Manchester United tampil seperti kumpulan pemain, bukan satu tim. Tidak ada koordinasi pressing, pergerakan tanpa bola sangat minim, dan lini belakang sering bingung menghadapi dinamika serangan Spurs.

  • Højlund: jarang mendapat suplai, hanya 14 sentuhan sepanjang laga
  • Bruno Fernandes: frustrasi, sempat melakukan pelanggaran keras di akhir laga
  • Casemiro: kalah duel dari Bissouma dalam 11 dari 13 momen kontak

Pelatih MU tampaknya gagal membaca pergerakan dinamis lawan, dan tidak memiliki rencana cadangan saat tertinggal.

Reaksi Usai Laga: Kontras Besar

  • Postecoglou:

“Kami bermain dengan cara kami sendiri. Saya sangat bangga dengan cara para pemain mengeksekusi taktik. Ini bukan tentang bertahan dan menunggu—kami menang dengan keberanian.”

  • Pelatih MU:

“Kami tidak cukup agresif di lini tengah dan terlalu banyak memberi ruang. Tottenham bermain lebih baik dan layak menang.”

Era Baru di Tottenham?

Kemenangan ini tidak hanya memberi trofi bagi Spurs, tetapi juga validasi terhadap proyek jangka panjang yang dibangun oleh Ange Postecoglou. Ia bukan hanya memberi filosofi bermain baru, tapi juga keyakinan bahwa Spurs bisa bersaing di level tertinggi Eropa.

Di sisi lain, kekalahan ini menjadi tamparan keras bagi MU yang masih kesulitan tampil konsisten di bawah manajer barunya. Dengan investasi besar namun tanpa hasil konkret, pertanyaan besar akan kembali muncul dari fans: “Sampai kapan kita akan terus seperti ini?”

Ratna Devi adalah seorang profesional di bidang manajemen bisnis dengan pengalaman lebih dari 15 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Ekonomi di Universitas Indonesia, Ratna melanjutkan studi S2 di Universitas Gadjah Mada. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan semangat untuk terus belajar, Ratna telah membangun karier yang cemerlang di berbagai perusahaan ternama di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *