skorbolaindonesia – Derby della Madonnina selalu menjadi momen puncak dalam kalender Serie A. Ketika Inter Milan dan AC Milan saling berhadapan, bukan hanya tiga poin yang diperebutkan—tapi juga harga diri, supremasi kota Milan, dan kebanggaan sejarah. Namun, dalam pertemuan terbaru mereka di San Siro, cerita berbeda terjadi: Inter Milan terlihat kehabisan tenaga, dan harus mengakui keunggulan rival sekota mereka, AC Milan, yang tampil lebih agresif, tajam, dan penuh semangat.
Laga yang berlangsung pada pekan ke-33 Serie A musim 2024/25 ini menjadi titik balik dalam perburuan gelar, sekaligus pertarungan psikologis antar dua klub yang sedang membangun era kejayaannya masing-masing. AC Milan keluar sebagai pemenang dengan skor 2-0, melalui gol-gol dari Rafael Leão dan Ruben Loftus-Cheek. Sementara itu, Inter tampil kurang menggigit dan terlihat kehilangan intensitas permainan yang biasanya menjadi ciri khas mereka.
Apa yang sebenarnya terjadi di San Siro malam itu? Mengapa Inter terlihat lesu, dan bagaimana Milan mampu mendominasi? Berikut ulasannya.
Jalannya Pertandingan: Milan Kuasai Tempo Sejak Awal
Sejak menit pertama, AC Milan langsung mengambil inisiatif menyerang. Stefano Pioli tampaknya sudah membaca dengan baik bahwa Inter berada dalam kondisi kelelahan pasca laga berat di Liga Champions hanya beberapa hari sebelumnya. Pressing tinggi, pergerakan tanpa bola yang agresif, serta lini tengah yang solid membuat Milan berhasil mendikte tempo.
Gol pertama datang pada menit ke-19 melalui aksi individu Rafael Leão. Pemain asal Portugal itu memanfaatkan kelengahan Matteo Darmian, menusuk dari sisi kiri, dan melepaskan tembakan keras ke tiang jauh yang gagal dihentikan Sommer. Gol tersebut menjadi simbol dari dominasi Milan malam itu—penuh percaya diri, eksplosif, dan efisien.
Inter mencoba merespons, namun permainan mereka tampak monoton. Bola terlalu sering dialirkan ke sisi sayap, tanpa variasi di tengah. Lautaro Martínez nyaris tak mendapatkan peluang bersih, sementara Marcus Thuram terisolasi oleh duet Fikayo Tomori dan Thiaw yang tampil solid.
Pada babak kedua, Milan tak mengendurkan serangan. Ruben Loftus-Cheek menggandakan keunggulan melalui sundulan keras hasil umpan silang dari Theo Hernandez. Gol ini seolah menjadi penghabisan energi terakhir Inter, yang setelah itu benar-benar kehilangan arah permainan.
Faktor Kelelahan: Jadwal Padat Inter Jadi Bumerang
Salah satu faktor utama yang menjadi alasan penurunan performa Inter adalah jadwal yang sangat padat. Dalam 14 hari terakhir, pasukan Simone Inzaghi telah memainkan empat pertandingan, dua di antaranya laga berat melawan Real Madrid di semifinal Liga Champions.
Inzaghi sendiri mengakui bahwa beberapa pemainnya bermain di bawah performa karena kelelahan:
“Kami datang ke pertandingan ini dengan fisik yang terkuras. Tidak ada alasan, Milan bermain lebih baik. Tapi saya rasa kami tidak mampu mengimbangi intensitas mereka karena kondisi kami yang belum pulih.”
Beberapa pilar penting seperti Nicolò Barella, Hakan Çalhanoğlu, dan Denzel Dumfries terlihat lamban, sering terlambat dalam melakukan pressing atau cover terhadap pergerakan pemain Milan. Sementara Brozović yang biasanya jadi pengatur tempo, sering kehilangan bola di lini tengah.
Ini menjadi bukti bahwa rotasi yang kurang optimal di momen krusial bisa berdampak besar dalam laga besar seperti Derby della Madonnina.
Baca Juga:
- Bukan Aston Villa atau Barcelona, Marcus Rashford Bakal Gabung Tottenham di Musim Depan?
- Barcelona Catat Sejarah dengan Kemenangan Dramatis atas Mallorca
Milan Tampil Tanpa Beban, Tapi Penuh Fokus
Di sisi lain, AC Milan datang ke laga ini dengan semangat tinggi setelah tersingkir lebih awal dari Eropa dan punya waktu persiapan lebih panjang. Stefano Pioli memanfaatkan hal ini dengan sangat baik. Ia menginstruksikan anak asuhnya untuk bermain cepat, agresif, dan tidak memberi ruang kepada Inter untuk membangun permainan.
Fokus permainan Milan juga patut diacungi jempol. Tak ada kesalahan individu fatal, komunikasi antar lini berjalan mulus, dan pemain-pemain kunci seperti Leão, Theo Hernandez, serta Loftus-Cheek tampil luar biasa.
Kemenangan ini menjadi bukti bahwa Milan masih punya nyali dan kualitas untuk bersaing di level tertinggi. Dengan performa seperti ini, bukan tidak mungkin mereka kembali tampil di Liga Champions musim depan.
Statistik Menunjukkan Dominasi Milan
Statistik pasca pertandingan memperkuat narasi bahwa Milan memang lebih unggul malam itu:
- Penguasaan bola: Milan 54% – Inter 46%
- Tembakan tepat sasaran: Milan 7 – Inter 2
- Umpan sukses: Milan 87% – Inter 83%
- Pelanggaran: Milan 10 – Inter 17 (menunjukkan Inter lebih sering frustrasi)
- Milan tidak hanya unggul dalam hal skor, tetapi juga dalam kualitas dan efisiensi permainan.
Reaksi Pemain dan Pelatih
Simone Inzaghi tak menampik bahwa timnya kalah dari semua aspek. Ia mengatakan dalam konferensi pers:
“Kami tidak bisa memainkan gaya kami malam ini. Milan layak menang. Kami kelelahan secara fisik dan mental. Tapi ini menjadi pelajaran penting untuk kami menjelang akhir musim.”
Sementara itu, Stefano Pioli tak bisa menyembunyikan kebanggaannya terhadap timnya:
“Kami bermain dengan hati, dengan kepala dingin, dan mengikuti rencana. Ini bukan hanya soal strategi, tapi soal mentalitas. Hari ini, para pemain menunjukkan karakter sejati Milan.”
Lautaro Martínez yang biasanya menjadi pemimpin di lapangan, tampak frustasi. Dalam wawancara usai laga, ia hanya mengatakan:
“Kami tahu ini Derby della Madonnina, dan kami ingin menang. Tapi kami tidak bermain seperti yang seharusnya.”
Dampak untuk Klasemen dan Perebutan Gelar
Kekalahan ini sedikit mengguncang posisi Inter di puncak klasemen Serie A. Meski mereka masih memimpin dengan 77 poin, jarak dengan Juventus dan Milan kini hanya tersisa 5 poin dengan lima laga tersisa. Inter harus segera bangkit jika ingin mengamankan Scudetto musim ini.
Bagi Milan, kemenangan ini memberikan dorongan besar dalam perebutan posisi empat besar. Dengan tambahan tiga poin, mereka kini mengoleksi 72 poin dan naik ke posisi ketiga, menyalip Napoli dan AS Roma.
Lebih dari itu, kemenangan dalam Derby della Madonnina membawa efek psikologis yang besar, mempererat solidaritas tim dan memberi sinyal bahwa Milan kembali berada di jalur yang benar.
Milan Unggul, Inter Harus Segera Pulih
Derby della Madonnina edisi ini memperlihatkan bahwa formasi dan nama besar tidak akan berarti tanpa energi dan determinasi. Milan menunjukkan bahwa persiapan yang matang, kondisi fisik optimal, dan keberanian mengambil risiko adalah kunci kemenangan dalam pertandingan sebesar ini.
Sementara itu, Inter Milan harus bercermin. Mereka masih punya kans besar untuk meraih gelar Serie A dan lolos ke final Liga Champions, namun performa seperti malam ini tak boleh terulang. Simone Inzaghi dan timnya harus segera memulihkan kondisi fisik dan mental mereka jika ingin menutup musim dengan trofi.
Derby ini mungkin hanya satu pertandingan, tapi bagi kedua tim dan para tifosi, ini adalah cermin musim yang sedang mereka jalani. Dan malam itu, Milan adalah tim yang lebih siap, lebih kuat, dan lebih layak menang.