Dokter Persis Solo Spill Rahasia: Beto & Bachdim Itu “Monster” Disiplin, Pantesan Masih Gacor!

Irfan Bachdim

skorbolaindonesia – Sobat bola, saat ini ada cerita menarik nih dari dapur pacu Persis Solo. Ternyata, di balik kesuksesan Laskar Sambernyawa promosi ke Liga 1 beberapa tahun lalu, ada peran dua “orang tua” yang fisiknya ngalahin anak muda. Sebenarnya, siapa lagi kalau bukan Alberto ‘Beto’ Goncalves dan Irfan Bachdim.

Sebagai informasi, Dokter tim Persis Solo, Iwan Wahyu Utomo, sampai sekarang masih geleng-geleng kepala kalau ingat betapa disiplinnya dua mantan bintang Timnas Indonesia ini. Pasalnya, Dokter Iwan saksi hidup gimana ngerinya dedikasi mereka waktu bawa Persis juara Liga 2 musim 2020/2021.

Nah, masih ingat kan? Waktu itu Beto beneran jadi “tulang punggung” tim. Bayangin aja, dari 14 kali main, dia nyetak 11 gol! Tentu saja, itu statistik yang gila buat pemain yang usianya nggak muda lagi. Sementara itu, ada Irfan Bachdim, si game changer. Meskipun gabung belakangan dan nggak nyetak gol sebanyak Beto, Bachdim muncul di saat krusial. Dua golnya di final lawan RANS Cilegon FC bikin Persis menang 2-1 dan angkat trofi. Kelas banget!

Kesan Mendalam Sang Dokter: “Mereka Itu Panutan!”

Dokter Iwan yang udah ngawal medis Persis sejak 2018 ngakuin kalau dua pemain ini ninggalin standar yang tinggi banget soal profesionalitas. Bahkan, menurut Pak Dokter, Beto dan Bachdim itu beda level soal jaga badan.

“Selama saya tugas di Persis, kalau ditanya siapa pemain yang paling jago jaga kondisi, nomor satu itu Beto, nomor duanya Irfan Bachdim,” kata Dokter Iwan.

Lantas, apa sih yang bikin mereka beda? Ternyata, itu ada di detail kecil, Guys. Mulai dari apa yang masuk ke perut (pola makan), ritual sebelum tanding, sampai persiapan sebelum latihan, semuanya rapi jali. Akibatnya, mereka nggak cuma dateng ke lapangan terus main bola, tapi bener-bener nyiapin “mesin” tubuh mereka biar panasnya pas.

“Mereka selalu prepare dengan bagus. Bukan berarti pemain lain jelek lho ya, cuma emang Bachdim sama Beto ini paling menonjol disiplinnya,” tambah sang dokter.

Akhirnya, hasilnya bisa kita lihat sendiri. Irfan Bachdim punya 40 caps dan 11 gol buat Timnas sejak 2010. Beto? Walaupun naturalisasi, dia udah nyumbang 10 gol cuma dari 12 laga buat Garuda. Efektif parah! Bahkan, sekarang di usia 44 tahun—saat kebanyakan pemain bola udah pensiun dan buncit—Beto masih aktif lari-lari di Persela Lamongan. Respect!

Analisis Tambahan: Kenapa Fisik Mereka Bisa “Anti-Tuwir”?

Jika kita bedah lebih dalam omongan Dokter Iwan tadi, sebenarnya apa sih yang dilakukan Beto dan Bachdim sampai fisiknya “curang” banget awetnya? Berdasarkan penelusuran data dan wawancara mereka di berbagai media, ada beberapa kunci rahasia yang bisa kita tiru (kalau kuat).

1. Rahasia Beto: Musuh Utama Gorengan dan Begadang

Faktanya, Beto Goncalves itu anomali medis di sepak bola Indonesia. Main di level kompetitif di usia 44 tahun itu bukan keberuntungan, melainkan sains. Dalam beberapa wawancara, Beto pernah bocorin rahasianya: Tidur.

Beto punya jam malam yang ketat. Jam 9 atau 10 malam, dia udah harus tidur. Sebab, dia sadar recovery otot terbaik itu terjadi saat tidur. Di sisi lain, saat pemain muda mungkin masih push rank Mobile Legends atau nongkrong di angkringan sampai subuh, Beto udah mimpi nyetak gol.

Selain itu, Beto sangat anti sama minuman bersoda dan alkohol. Dia lebih milih air putih dan jus buah. Makanan berminyak kayak gorengan? Big No! Padahal, kita tahu sendiri godaan gorengan di Indonesia itu berat banget. Oleh sebab itu, disiplin menolak gorengan inilah yang bikin massa otot Beto tetap kering dan lincah meski metabolismenya melambat karena usia.

2. Irfan Bachdim: Standar Eropa dan “Gym Rat”

Berbeda dengan kebanyakan pemain lokal, Irfan Bachdim punya kedisiplinan yang emang udah built-in dari didikan akademi Ajax Amsterdam dan FC Utrecht. Oleh karena itu, mindset Eropa ini dia bawa ke Indonesia. Bachdim dikenal sebagai gym rat alias orang yang rajin banget nge-gym di luar jam latihan klub.

Coba lihat saja gaya hidup keluarganya bareng Jennifer Bachdim. Mereka sekeluarga menerapkan clean eating dan active lifestyle. Hasilnya, Bachdim jarang banget cedera parah karena otot intinya (core muscle) kuat banget. Latihan fungsional yang dia lakukan bikin dia tetap eksplosif.

Fakta menariknya, Bachdim selalu datang latihan lebih awal buat pemanasan mandiri (aktivasi otot) dan pulang paling akhir buat cooling down atau ice bath. Meskipun ini hal sepele yang sering diremehin pemain lokal muda, tapi efeknya jangka panjang.

3. Melawan Fenomena Sarcopenia

Secara medis, manusia mulai kehilangan massa otot (sarcopenia) secara alami setelah usia 30 tahun sekitar 3-5% per dekade. Akan tetapi, apa yang dilakukan Beto dan Bachdim adalah melawan kodrat alam ini dengan latihan beban dan asupan protein tinggi.

Wajar saja Dokter Iwan terkesan, karena menjaga performa VO2 Max (daya tahan jantung-paru) di usia kepala 3 dan 4 itu susahnya minta ampun. Namun, Beto membuktikan hal itu. Musim lalu dia bahkan masih bisa bawa PSBS Biak juara Liga 2 dan promosi, sekaligus jadi top skor tim. Itu bukti kalau “Age is just a number” cuma berlaku buat mereka yang disiplin.

4. Pelajaran Penting buat Generasi Gen-Z

Intinya, apa yang ditunjukkan dua legenda ini adalah tamparan keras buat pemain muda Indonesia yang sering layu sebelum berkembang. Sayangnya, banyak talenta muda kita jago banget gocek bola, tapi umur 25 udah mulai sering cedera, stamina habis di menit 70, atau perut mulai buncit.

Pesan tersirat dari Dokter Iwan sebenarnya simpel: Jika mau karier panjang dan cuan terus mengalir kayak Beto (yang masih digaji profesional di umur 44), ya harus mau menderita jaga pola makan dan tidur. Bakat cuma pintu masuk, sedangkan disiplin yang bikin kamu bertahan di dalam ruangan.

Jadi, buat lo yang hobi main futsal atau mini soccer, coba deh tiru dikit gaya hidup mereka. Kurangi gorengan, banyakin tidur. Siapa tahu napas jadi panjang kayak Beto!