skorbolaindonesia.com – Erik ten Hag, manajer yang dipercaya untuk membawa Manchester United kembali ke puncak kejayaan, kini berada di bawah tekanan besar. Beberapa laporan terbaru mengindikasikan bahwa ia hanya diberikan waktu dua laga lagi untuk menyelamatkan pekerjaannya sebagai manajer United. Meskipun awal musim penuh harapan setelah membawa United meraih posisi empat besar musim lalu dan memenangkan Piala Liga Inggris, performa klub belakangan ini jauh dari harapan. Kekalahan beruntun dan hasil yang mengecewakan telah mengancam posisi ten Hag, dan tampaknya pihak manajemen mulai kehilangan kesabaran.
Dalam situasi yang genting ini, kita akan melihat lebih dalam tentang penyebab krisis di Manchester United, apa yang salah di bawah kepemimpinan ten Hag, serta bagaimana dua pertandingan mendatang akan menjadi momen krusial dalam nasibnya di Old Trafford.
Performa Buruk Manchester United: Apa yang Salah?
Manchester United mengawali musim 2023/2024 dengan harapan besar. Setelah musim lalu berhasil finis di posisi empat besar dan meraih satu trofi, Erik ten Hag mendapat dukungan signifikan dari manajemen dengan beberapa rekrutan besar di bursa transfer. Pemain seperti Mason Mount, André Onana, dan Rasmus Højlund didatangkan untuk memperkuat tim.
Namun, meskipun dengan tambahan amunisi tersebut, hasil di lapangan tidak mencerminkan ambisi klub. United mengalami kesulitan di beberapa area, termasuk pertahanan yang rapuh dan kurangnya kreativitas di lini tengah. Hingga beberapa pekan terakhir, tim asuhan ten Hag kerap tampil di bawah standar, dengan kekalahan dari tim-tim seperti Brighton, Bayern Munich, dan Crystal Palace di berbagai kompetisi.
Salah satu masalah utama yang dihadapi ten Hag adalah inkonsistensi tim. Skuad United sering kali terlihat tidak solid, dengan sejumlah pemain tampil jauh di bawah ekspektasi. Hal ini diperparah oleh serangkaian cedera pemain kunci seperti Luke Shaw dan Lisandro Martinez, yang semakin menyulitkan manajer asal Belanda itu untuk menemukan susunan pemain yang ideal.
Ketidakmampuan Mengoptimalkan Pemain Baru
Salah satu kritik utama terhadap Erik ten Hag adalah ketidakmampuannya mengintegrasikan pemain baru dengan mulus ke dalam sistemnya. Mason Mount, yang didatangkan dari Chelsea dengan harapan membawa kreativitas ke lini tengah, belum menunjukkan performa terbaiknya. Di sisi lain, André Onana, yang direkrut untuk menggantikan David De Gea di posisi penjaga gawang, masih sering melakukan kesalahan fatal yang merugikan tim.
Rasmus Højlund, striker muda yang direkrut dengan harapan besar, juga masih dalam tahap penyesuaian. Meski menunjukkan potensi, Højlund belum sepenuhnya mampu menggantikan ketajaman yang diharapkan dari seorang striker kelas dunia. Dalam beberapa pertandingan, ia tampak kesulitan menyesuaikan diri dengan intensitas dan tekanan Liga Premier.
Kegagalan ten Hag dalam memaksimalkan performa para pemain baru ini memperparah krisis yang sedang dihadapi klub. Fans United, yang sudah lama haus akan kesuksesan, mulai kehilangan kesabaran, dan manajemen pun tampaknya mulai meragukan apakah ten Hag mampu membalikkan keadaan.
Pertahanan yang Rapuh: Masalah Utama di Lini Belakang
Selain masalah di lini tengah dan depan, masalah terbesar yang dihadapi Manchester United di bawah Erik ten Hag musim ini adalah pertahanan yang rapuh. Dengan absennya bek utama seperti Lisandro Martinez dan Raphael Varane di beberapa pertandingan, United terlihat sangat rentan di lini belakang. Harry Maguire, yang sering dikritik karena performanya yang inkonsisten, kembali mendapatkan sorotan negatif, sementara Victor Lindelöf juga tidak mampu memberikan stabilitas yang diharapkan.
Perekrutan Sergio Reguilón sebagai bek kiri sementara belum memberikan dampak besar, sementara Aaron Wan-Bissaka juga mengalami cedera yang membuat United kekurangan opsi di sektor bek kanan. Kerapuhan di lini belakang ini menyebabkan United sering kali kebobolan gol-gol mudah, yang berujung pada kekalahan di beberapa laga penting.
Baca Juga
- Samuele Ricci: Bertahan di Torino atau Pindah ke Klub Raksasa?
- Debut Lawan Israel, Daniel Lanjutkan Trah Maldini di Timnas Italia
Krisis Taktik Erik ten Hag
Selain permasalahan performa individu pemain, taktik yang diterapkan Erik ten Hag juga menjadi sorotan. Meskipun dikenal sebagai pelatih yang gemar mengadopsi gaya permainan menyerang dengan pressing tinggi, skema tersebut tidak selalu berhasil diterapkan dengan efektif di Manchester United. Dalam beberapa laga, pressing tinggi yang diinstruksikan oleh ten Hag sering kali berantakan, meninggalkan ruang terbuka bagi lawan untuk mengeksploitasi pertahanan United.
Permainan Manchester United terkadang terlihat terpecah antara lini depan dan lini belakang. Gelandang seperti Bruno Fernandes sering kali kesulitan menghubungkan serangan dengan pertahanan, sementara para winger United, seperti Marcus Rashford dan Antony, tidak konsisten dalam performa mereka. Masalah ini menjadi lebih parah ketika United harus menghadapi tim yang bermain rapat dan disiplin dalam bertahan, di mana kreativitas dan taktik United terlihat tumpul.
Ten Hag tampaknya masih belum menemukan cara untuk membuat timnya bermain dengan ritme dan intensitas yang diinginkannya. Dengan masalah taktik yang belum terpecahkan, manajemen Manchester United mulai mempertanyakan apakah ten Hag masih merupakan orang yang tepat untuk membawa tim ini ke jalur kemenangan.
Laporan bahwa Erik ten Hag hanya diberi waktu dua laga untuk menyelamatkan pekerjaannya menambah tekanan besar yang sudah dirasakannya. Pertandingan melawan Brentford dan Sheffield United dikabarkan menjadi dua laga terakhir yang bisa menentukan nasibnya. Jika United gagal memenangkan kedua pertandingan ini, ada kemungkinan besar manajemen akan mengambil langkah drastis untuk memecat ten Hag.