Juventus Cetak Rekor Unik: Klub dengan Penjaga Gawang Terbanyak Kena Kartu Merah di Liga Champions

skorbolaindonesia.com – Juventus, salah satu klub tersukses di Italia dan Eropa, baru saja mencatatkan rekor yang cukup unik, sekaligus tidak diinginkan, dalam sejarah Liga Champions. Mereka menjadi klub dengan jumlah penjaga gawang terbanyak yang pernah diusir keluar lapangan karena kartu merah di ajang paling bergengsi di Eropa tersebut. Rekor ini bukan hanya berbicara tentang insiden-insiden individual, tetapi juga memicu diskusi tentang berbagai aspek, mulai dari ketenangan di bawah tekanan, keputusan taktik, hingga pentingnya peran kiper dalam menghadapi tantangan yang semakin sulit di kompetisi elit ini.

 

Mari kita bedah lebih dalam bagaimana Juventus berhasil (atau “gagal,” tergantung perspektifnya) mencatatkan rekor ini, dan apa saja faktor-faktor yang mungkin menyebabkan para penjaga gawang Si Nyonya Tua begitu sering diusir keluar lapangan di Liga Champions. Selain itu, kita juga akan melihat implikasi dari rekor ini terhadap performa Juventus dan cara mereka menangani situasi sulit di lapangan.

Kejadian-kejadian Kartu Merah: Potret Rekor Unik Juventus

 

Dalam beberapa musim terakhir, Juventus menjadi sorotan bukan hanya karena prestasi mereka di Serie A atau ambisi mereka untuk meraih trofi Liga Champions, tetapi juga karena beberapa insiden melibatkan penjaga gawang mereka yang berujung pada kartu merah. Berikut adalah beberapa insiden yang menyebabkan Juventus menjadi klub dengan jumlah kiper terbanyak yang terkena kartu merah di Liga Champions.

 

Gianluigi Buffon vs Real Madrid (2018) Salah satu momen yang paling diingat dalam perjalanan Liga Champions Juventus adalah ketika Gianluigi Buffon diusir keluar lapangan pada tahun 2018 saat menghadapi Real Madrid. Dalam leg kedua perempat final yang penuh emosi, Juventus berhasil mengejar ketertinggalan dari agregat 0-3 menjadi 3-3 di Santiago Bernabéu. Namun, pada menit-menit akhir, wasit Michael Oliver memberikan penalti kepada Real Madrid setelah Medhi Benatia dianggap melanggar Lucas Vázquez di dalam kotak penalti.

 

Keputusan ini memicu protes keras dari Buffon, yang merasa wasit telah membuat keputusan yang tidak adil di momen krusial pertandingan. Protes berlebihan dari Buffon akhirnya membuatnya mendapatkan kartu merah. Insiden ini dikenang sebagai salah satu momen paling emosional dalam karier Buffon dan sekaligus menjadi catatan unik dalam sejarah Juventus.

 

Wojciech Szczęsny vs FC Porto (2021) Penjaga gawang Juventus lainnya yang terkena kartu merah adalah Wojciech Szczęsny, yang diusir saat menghadapi FC Porto pada babak 16 besar Liga Champions 2021. Dalam pertandingan yang berlangsung ketat, Szczęsny melakukan pelanggaran di luar kotak penalti ketika ia mencoba menghentikan serangan balik cepat dari pemain Porto. Tekel yang terlambat ini akhirnya berbuah kartu merah, meninggalkan Juventus dengan 10 pemain dalam situasi yang sudah cukup sulit.

 

Insiden ini menunjukkan tantangan yang dihadapi Juventus saat berusaha mempertahankan gawang mereka melawan tekanan dari lawan di level tertinggi. Keputusan Szczęsny untuk keluar dari kotak penalti adalah langkah yang menunjukkan komitmen, tetapi sayangnya berakhir dengan konsekuensi yang merugikan bagi tim.

 

Mattia Perin vs Chelsea (2023) Juventus juga mencatatkan insiden kartu merah lainnya yang melibatkan kiper cadangan mereka, Mattia Perin, saat menghadapi Chelsea di babak penyisihan grup Liga Champions 2023. Dalam pertandingan yang diwarnai dengan intensitas tinggi, Perin melakukan pelanggaran keras terhadap Kai Havertz saat pemain Jerman tersebut mencoba menyusup ke dalam kotak penalti. Tekel berbahaya ini tidak hanya menghasilkan kartu merah langsung bagi Perin, tetapi juga memberikan tendangan bebas yang akhirnya dimanfaatkan oleh Chelsea untuk mencetak gol kemenangan.

 

Ketika kiper cadangan pun mendapatkan kartu merah, ini menambah dimensi unik dalam rekam jejak Juventus di Liga Champions. Situasi ini jelas menunjukkan bahwa bukan hanya soal keputusan individu, tetapi mungkin ada masalah yang lebih mendasar dalam pendekatan Juventus ketika menghadapi situasi yang mendesak di pertandingan besar.

Baca Juga:

Penyebab Kartu Merah: Keputusan Individu atau Tekanan Kolektif?

Setelah melihat beberapa insiden yang menyebabkan para penjaga gawang Juventus terkena kartu merah, pertanyaannya adalah: mengapa hal ini bisa terjadi lebih sering pada Juventus dibandingkan dengan klub-klub lain di Liga Champions?

  1. Tekanan Berlebih di Pertandingan Krusial

Salah satu alasan yang tampaknya berperan penting adalah tekanan yang dialami Juventus ketika menghadapi situasi krusial. Liga Champions adalah kompetisi dengan tekanan yang luar biasa tinggi, dan setiap kesalahan bisa berujung pada tersingkirnya tim dari turnamen. Para penjaga gawang Juventus mungkin merasakan tekanan untuk membuat keputusan cepat di momen-momen kritis, terutama ketika timnya berada dalam situasi yang kurang menguntungkan. Hal ini terlihat jelas pada kasus Buffon dan Szczęsny, di mana mereka merasa harus segera mengambil tindakan untuk melindungi gawang mereka, meski tindakan tersebut akhirnya berujung pada kartu merah.

 

  1. Strategi Bertahan yang Agresif

Juventus dikenal dengan pendekatan bertahan yang agresif, yang kadang-kadang memaksa para pemain, termasuk penjaga gawang, untuk mengambil risiko besar demi menjaga agar gawang mereka tidak kebobolan. Dalam banyak kesempatan, para kiper Juventus keluar dari area penalti untuk menghentikan serangan balik lawan. Tindakan ini, meskipun berpotensi menyelamatkan tim dari situasi berbahaya, juga meningkatkan risiko terjadinya pelanggaran yang bisa berujung pada kartu merah.

 

  1. Kurangnya Koordinasi di Lini Pertahanan

Kartu merah yang diterima oleh para penjaga gawang juga bisa menjadi indikasi kurangnya koordinasi yang baik antara kiper dan pemain bertahan. Dalam insiden yang melibatkan Mattia Perin melawan Chelsea, terlihat bahwa keputusan untuk keluar dan melakukan tekel terjadi karena adanya miskomunikasi antara Perin dan para bek Juventus. Koordinasi yang buruk ini membuat Perin merasa perlu mengambil tindakan sendiri, yang akhirnya justru merugikan tim.

 

Ratna Devi adalah seorang profesional di bidang manajemen bisnis dengan pengalaman lebih dari 15 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Ekonomi di Universitas Indonesia, Ratna melanjutkan studi S2 di Universitas Gadjah Mada. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan semangat untuk terus belajar, Ratna telah membangun karier yang cemerlang di berbagai perusahaan ternama di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Exit mobile version