Lawan Berat Garuda Membedah Sejarah Timnas Irak yang Lahir dari Bara Perang
Skorbolaindonesia – Timnas Irak bakal jadi lawan yang super tangguh buat Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026. Kalau kita lihat sejarahnya, negara yang sering hancur lebur karena perang ini justru punya prestasi sepak bola yang bersinar terang di panggung Asia. Mereka adalah bukti nyata bahwa semangat bisa mengalahkan segala keterbatasan.BOLAGILA
Sepak bola Irak sebenarnya sudah lama diakui sebagai salah satu pabrik talenta terbaik di Asia. Mereka sering bikin prestasi keren, meskipun buat lolos ke Piala Dunia ceritanya lain lagi. Perjalanan tim berjuluk “Singa Mesopotamia” ini di panggung dunia memang jauh dari kata mulus, seringkali terhalang oleh perang dan invasi yang nggak ada hentinya.
Tapi, di tengah semua kesulitan itu, ada satu kisah dongeng yang pernah mereka ukir. Momen itu terjadi saat mereka sukses jadi juara Piala Asia 2007, di saat negara mereka sedang dilanda perang. Dan yang paling spesial, Indonesia jadi saksi utama dari sejarah emas itu.

Raksasa Asia yang Sulit Tembus Dunia
Meskipun diakui sebagai salah satu raksasa Asia, kiprah Timnas Irak di Piala Dunia bisa dibilang biasa-biasa aja. Mereka cuma pernah lolos sekali, yaitu di Piala Dunia 1986 Meksiko. Setelah itu, Singa Mesopotamia nggak pernah lagi bisa pamer taring di panggung termegah itu, padahal di Asia mereka sangat disegani.BOLAGILA daftar
Catatan mereka di Piala Asia jelas jauh lebih mentereng. Irak jadi salah satu dari sembilan negara yang pernah angkat trofi juara. Dari 10 kali ikut serta, mereka juga sering lolos ke fase gugur. Sayangnya, di Piala Asia 2023 terakhir, langkah mereka dihentikan oleh Yordania, tim yang secara mengejutkan melaju hingga ke final.
Masa Kegelapan di Bawah Rezim Diktator
Salah satu momen paling horor dalam sejarah sepak bola Irak terjadi di era 1990-an saat Perang Teluk meletus. Perang ini bukan cuma menghancurkan ekonomi, tapi juga sepak bola mereka. Akibatnya, Irak kena sanksi embargo dari PBB dan dilarang ikut berbagai ajang olahraga. Peringkat FIFA mereka anjlok sampai ke posisi 139. (Sebagai perbandingan, per September 2025, Irak ada di peringkat 58).BOLAGILA login
Masa itu makin kelam saat Federasi Sepak Bola Irak (IFA) dikuasai oleh Uday Hussein, anak tertua diktator Saddam Hussein. Media Inggris, The Guardian, pernah membongkar betapa brutalnya rezim Uday. Para mantan pemain timnas bersaksi bahwa mereka akan disiksa jika membuat kesalahan atau kalah dalam pertandingan. “Gagal mengeksekusi penalti berarti siap-siap menerima siksaan dan penghinaan,” tulis laporan The Guardian.
Generasi Emas dan Keajaiban Olimpiade 2004
Di tengah segala kekacauan, Irak secara ajaib melahirkan “Generasi Emas”. Puncaknya adalah saat mereka mengejutkan dunia di Olimpiade Athena 2004. Datang sebagai tim non-unggulan, mereka lolos dari grup neraka yang diisi Portugal, Kosta Rika, dan Maroko. Luar biasanya, mereka sukses mengalahkan Portugal yang saat itu diperkuat oleh Cristiano Ronaldo muda! Perjalanan dongeng mereka terus berlanjut hingga babak semifinal dan akhirnya finis di peringkat empat, sebuah pencapaian luar biasa yang mengumumkan kelahiran generasi terbaik dalam sejarah mereka.
Juara Piala Asia 2007 Dongeng Terindah di Tanah Indonesia
Dunia sepak bola Indonesia jadi saksi puncak kejayaan Generasi Emas Irak. Momen itu terjadi di Final Piala Asia 2007. Skuad yang mereka bawa adalah gabungan dari para pahlawan Olimpiade 2004, termasuk trio magis mereka: Younis Mahmoud sang kapten dan predator kotak penalti, Nashat Akram sang maestro lini tengah, dan Hawar Mulla Mohammed sang penyihir di sayap.BOLAGILA link alternatif
Perjuangan mereka saat itu juga masih dibayangi perang yang kembali meletus di negara mereka. Pelatih Jorvan Vieira cuma punya waktu persiapan super singkat, fasilitas seadanya, dan para pemain harus bermain dengan beban pikiran karena banyak keluarga mereka yang jadi korban perang. Mereka bahkan tidak bisa bermain di negara sendiri.
Namun, dengan semangat membara, mereka menggila di babak gugur. Setelah menyingkirkan Vietnam dan Korea Selatan, mereka menantang Arab Saudi di final. Di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, satu gol sundulan ikonik dari sang legenda, Younis Mahmoud, sudah cukup untuk membawa Irak menjadi Raja Asia untuk pertama kalinya. Sebuah kemenangan yang dirayakan dengan tangis haru oleh seluruh pemain dan rakyat Irak yang sedang berduka.
Era Modern di Bawah Tangan Dingin Pelatih Spanyol
Kini, di bawah asuhan pelatih asal Spanyol, Jesús Casas, Irak menjelma menjadi tim yang lebih modern dan terorganisir secara taktik. Casas berhasil memadukan karakter permainan Irak yang keras dan penuh semangat dengan disiplin taktik ala Eropa. Mereka tidak lagi hanya mengandalkan semangat, tetapi juga bermain dengan cerdas.
Talenta-talenta baru juga terus bermunculan. Nama seperti Zidane Iqbal, pemain jebolan akademi Manchester United, menjadi bukti bahwa Irak terus memproduksi pemain berkualitas yang mampu bersaing di Eropa. Perpaduan antara pemain lokal yang tangguh dan diaspora berpengalaman inilah yang membuat Irak tetap menjadi salah satu kekuatan utama di Asia hingga hari ini.Naga303