Main Arsenal di Kandang Manchester City | Taktik atau Kehilangan Karakter?

skorbolaindonesia.com – Pertandingan antara Manchester City dan Arsenal di Etihad Stadium dalam musim 2024/2025 Premier League menarik banyak perhatian, bukan hanya karena hasil akhirnya, tetapi juga karena gaya bermain yang memicu kritik dari banyak pihak. Arsenal, yang dikenal dengan permainan menyerang dan penguasaan bola di bawah manajer Mikel Arteta, tampil dengan pendekatan yang lebih defensif dan penuh kehati-hatian dalam laga ini. Meskipun hasil akhirnya adalah kekalahan tipis 1-0 untuk Arsenal, gaya main tim asal London Utara ini menimbulkan banyak reaksi negatif dari pengamat, fans, dan media. Banyak yang merasa bahwa Arsenal bermain terlalu hati-hati dan kehilangan identitas mereka, terutama saat melawan juara bertahan Premier League, Manchester City.

Manchester City

Gaya Main Bertahan Arsenal: Pendekatan Tak Biasa dari Mikel Arteta

 

Mikel Arteta, mantan asisten Pep Guardiola di Manchester City, tentu mengenal filosofi permainan City dengan sangat baik. Dalam laga ini, Arteta tampaknya memilih pendekatan yang sangat konservatif. Arsenal bermain dengan garis pertahanan yang rendah dan fokus pada meredam serangan-serangan intens dari Manchester City. Hal ini terbilang tak biasa bagi Arsenal yang selama beberapa musim terakhir di bawah Arteta selalu mencoba untuk bermain lebih progresif dan mendominasi permainan, terlepas dari lawan yang dihadapi.

Dalam pertandingan ini, Arsenal lebih banyak menunggu di belakang, menutup ruang di lini tengah, dan mencoba memanfaatkan serangan balik sesekali melalui kecepatan pemain-pemain sayap mereka. Arteta tampaknya ingin meredam dominasi penguasaan bola Manchester City dan menghindari kebobolan di awal pertandingan. Taktik ini berjalan cukup efektif di babak pertama, di mana Arsenal berhasil menjaga kedudukan tetap 0-0 meski terus-menerus ditekan oleh City.

Namun, ketika pertandingan berjalan, Manchester City mulai menemukan celah dalam pertahanan Arsenal. Pada akhirnya, gol kemenangan City datang dari aksi individu salah satu penyerang mereka yang mampu memanfaatkan kelengahan di lini belakang. Setelah gol tersebut, Arsenal tetap tidak mampu meningkatkan intensitas serangan, dan City terus mendominasi pertandingan hingga peluit akhir.

 

Kritik dari Pengamat dan Media

Setelah pertandingan, gaya bermain menjadi bahan perdebatan. Banyak pengamat sepak bola yang mengkritik pendekatan Arteta, yang dinilai terlalu pasif dan konservatif, terutama mengingat Arsenal adalah salah satu tim yang bersaing di papan atas Premier League. Salah satu kritik terbesar datang dari mantan pemain Arsenal, Ian Wright, yang menyatakan bahwa tim seharusnya lebih berani mengambil inisiatif permainan, terutama ketika menghadapi rival seperti Manchester City.

Wright mengatakan, “Saya tidak mengerti mengapa Arsenal tidak mencoba bermain dengan cara mereka sendiri. Kita tahu Manchester City adalah tim yang hebat, tetapi Anda tidak bisa hanya bertahan dan berharap tidak kebobolan. Arsenal punya kualitas untuk menyerang mereka, tetapi tampaknya mereka terlalu takut untuk mengambil risiko.”

Gary Neville, mantan kapten Manchester United dan sekarang seorang pundit di Sky Sports, juga turut memberikan pendapatnya. Neville berpendapat bahwa Arsenal bermain terlalu pasif dan seperti “tim kecil” yang hanya berusaha menghindari kekalahan besar daripada mencoba memenangkan pertandingan. “Arsenal seharusnya lebih percaya diri, mereka punya pemain-pemain berkualitas. Anda tidak bisa datang ke Etihad dan bermain dengan cara seperti itu jika Anda ingin dianggap sebagai pesaing serius gelar,” ujar Neville.

Kritik lainnya datang dari penggemar Arsenal di media sosial, yang sebagian besar merasa kecewa dengan pendekatan yang diambil oleh Arteta. Banyak yang berpendapat bahwa tim ini kehilangan karakter dan filosofi permainan yang selama ini mereka kembangkan.

 

Manchester City Apakah Taktik Bertahan Ini Salah?

Meski banyak kritik, tidak semua pihak setuju bahwa pendekatan bertahan di pertandingan ini adalah hal yang sepenuhnya buruk. Beberapa analis sepak bola justru menilai bahwa taktik Arteta dapat dipahami, mengingat kekuatan Manchester City, terutama di kandang mereka. Etihad Stadium telah lama menjadi tempat yang sulit ditaklukkan oleh tim-tim lawan, termasuk bagi tim-tim besar. Dalam konteks ini, mencoba meredam dominasi City dan menghindari kekalahan telak mungkin dianggap sebagai langkah taktis yang masuk akal.

Jamie Carragher, mantan bek Liverpool yang juga menjadi pundit sepak bola, memberikan pandangan yang lebih seimbang. Menurut Carragher, ada saat-saat di mana bermain lebih defensif adalah strategi yang bijaksana, terutama melawan tim sekuat City. “Mungkin ini bukan gaya bermain yang diinginkan oleh penggemar, tetapi kadang-kadang Anda harus pragmatis. Arsenal berada di fase pembangunan, dan Arteta mungkin merasa bahwa cara terbaik untuk mendapatkan hasil di Etihad adalah dengan bertahan dan mencoba mencuri peluang dari serangan balik,” jelas Carragher.

 

Pendekatan pragmatis ini juga sering digunakan oleh manajer-manajer sukses lainnya dalam pertandingan-pertandingan besar. Jose Mourinho, misalnya, terkenal dengan pendekatan defensifnya dalam laga-laga krusial dan berhasil meraih banyak kesuksesan. Namun, perbedaan besar antara taktik bertahan yang sukses dan yang mendapat kritik adalah hasil akhir. Dalam kasus Arsenal, kegagalan untuk mencuri poin di Etihad membuat pendekatan ini tampak kurang efektif.

Baca Juga:

Manchester City vs Arsenal, Apa yang Salah dengan Pendekatan Ini?

Meski secara teori, pendekatan bertahan bisa dianggap sah-sah saja, masalah utama bagi Arsenal adalah kurangnya intensitas dalam transisi menyerang. Arsenal terlihat terlalu pasif saat mendapatkan bola, dan gagal memanfaatkan ruang yang tercipta saat Manchester City maju menyerang. Ketika mereka mendapatkan peluang untuk melakukan serangan balik, kecepatan serangan Arsenal tampak kurang tajam dan tidak cukup terorganisir untuk benar-benar mengancam gawang City.

Gates Of Olympus sampai Mahjong Ways ada di Nyalabet, pasang sekarang.

Selain itu, keputusan Arteta untuk lebih fokus bertahan justru membuat beberapa pemain kunci, seperti Bukayo Saka dan Martin Ødegaard, tidak bisa menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Dalam pertandingan ini, Saka yang biasanya sangat eksplosif dan menjadi ancaman besar bagi lawan terlihat terisolasi, sementara Ødegaard kesulitan mendapatkan ruang untuk mengendalikan permainan. Tanpa kontribusi maksimal dari pemain-pemain kunci ini, Arsenal kehilangan daya serang mereka, yang pada akhirnya memudahkan Manchester City untuk mengendalikan pertandingan.

 

Ratna Devi adalah seorang profesional di bidang manajemen bisnis dengan pengalaman lebih dari 15 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Ekonomi di Universitas Indonesia, Ratna melanjutkan studi S2 di Universitas Gadjah Mada. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan semangat untuk terus belajar, Ratna telah membangun karier yang cemerlang di berbagai perusahaan ternama di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *