Manchester United dan Tottenham Ciptakan All English Final Ketiga di Liga Europa

skorbolaindonesia – Musim Liga Europa 2024/2025 mencatatkan sejarah baru dalam jagat sepak bola Eropa: Manchester United dan Tottenham Hotspur sukses menciptakan final sesama klub Inggris ketiga sepanjang sejarah kompetisi ini. Final ini bukan hanya menjadi penegasan dominasi Premier League di kancah Eropa, tetapi juga mencerminkan era baru persaingan antarklub Inggris di level internasional.

Artikel ini akan membahas perjalanan kedua tim menuju final, sejarah all English final sebelumnya, makna penting duel ini, hingga siapa yang lebih berpeluang mengangkat trofi.

Kilas Balik: Dua All English Final Sebelumnya di Liga Europa

Sebelum masuk ke perjalanan Manchester United dan Tottenham musim ini, mari kita ingat kembali dua final Liga Europa yang mempertemukan tim-tim Inggris.

  • Chelsea vs Arsenal (2019)

Final ini digelar di Baku, Azerbaijan. Chelsea tampil superior dan mengalahkan Arsenal 4-1 lewat penampilan gemilang Eden Hazard, Olivier Giroud, dan Pedro. Kemenangan ini memastikan Chelsea membawa pulang trofi Eropa, sementara Arsenal harus puas menjadi runner-up.

  • Manchester United vs Chelsea (1991, kala itu bernama Piala UEFA)

Meski secara resmi bukan Liga Europa dengan format modern, banyak yang menyebut final domestik di kompetisi ini sebagai all English final pertama. Namun, secara resmi UEFA baru mencatat final 2019 antara Chelsea dan Arsenal sebagai final sesama Inggris pertama di era Liga Europa modern.

Final Manchester United vs Tottenham tahun ini akan menjadi yang ketiga, semakin memperkuat reputasi Premier League sebagai liga paling kompetitif di Eropa.

Perjalanan Manchester United Menuju Final

Manchester United menjalani musim yang naik-turun di Liga Inggris, tetapi mereka justru menemukan stabilitas di Liga Europa.

  • Fase Grup: Manchester United melewati fase grup dengan status juara, bersaing dengan Real Betis, Sturm Graz, dan Slavia Praha. Meski sempat tersandung di laga tandang, mereka tampil dominan di Old Trafford.
  • Babak 16 Besar: Menghadapi AS Roma, Manchester United menang agregat 4-2. Penampilan Bruno Fernandes, Alejandro Garnacho, dan Casemiro menjadi kunci.
  • Perempat Final: Manchester United bertemu dengan Marseille. Laga tandang di Prancis berakhir 1-1, tetapi di Old Trafford mereka menang 2-0 berkat gol Rasmus Højlund dan Marcus Rashford.
  • Semifinal: Di semifinal, Manchester United menghadapi Bayer Leverkusen yang tak terkalahkan di Bundesliga. Namun, berkat performa heroik Andre Onana di bawah mistar dan gol-gol penting dari Garnacho, Manchester United menang agregat 3-2.

Perjalanan ini tidak hanya menunjukkan kedalaman skuad Manchester United, tetapi juga kecerdikan Erik ten Hag dalam meramu strategi Eropa.

Perjalanan Tottenham Menuju Final

Tottenham, yang di awal musim tak diunggulkan sebagai kandidat juara, justru melesat jauh di Eropa di bawah arahan pelatih Ange Postecoglou.

  • Fase Grup: Tottenham tampil brilian dengan memuncaki grup yang berisi Rennes, Freiburg, dan Partizan Belgrade. Mereka tak terkalahkan di grup.
  • Babak 16 Besar: Spurs menghadapi Villarreal, menang agregat 3-1 berkat kontribusi Harry Kane (yang di awal musim sempat dikabarkan akan hengkang).
  • Perempat Final: Lawan mereka berikutnya adalah AC Milan. Setelah bermain imbang 1-1 di San Siro, Spurs menang dramatis 2-1 di kandang lewat gol injury time dari James Maddison.
  • Semifinal: Di semifinal melawan Sporting CP, Tottenham membalikkan ketertinggalan agregat 1-2 dengan kemenangan 3-1 di leg kedua. Richarlison dan Son Heung-min tampil sebagai pahlawan.

Postecoglou berhasil mengubah Tottenham menjadi tim yang bukan hanya cantik bermain, tetapi juga punya mentalitas juara.

Baca Juga:

All English Final: Rivalitas, Gengsi, dan Sejarah

Pertemuan Manchester United dan Tottenham di final ini sarat makna.

  • Rivalitas Lama: Di liga domestik, Manchester United dan Spurs sudah lama menjadi pesaing, walau dominasi lebih banyak dipegang Manchester United. Namun, dalam beberapa musim terakhir, Tottenham mulai menyodok ke papan atas dan mencuri perhatian.
  • Pertarungan Filosofi: Ten Hag dikenal sebagai pelatih dengan pendekatan pragmatis dan pressing terorganisir, sementara Postecoglou membawa filosofi menyerang yang dinamis, dengan build-up cepat dan progresif.
  • Gengsi Premier League: Final ini bukan hanya soal trofi, tapi juga soal membuktikan siapa wakil Inggris terbaik di Eropa. Terlebih, dengan absennya Chelsea, Liverpool, dan Arsenal di final Eropa musim ini, spotlight tertuju penuh pada dua tim ini.

Kekuatan dan Kelemahan Kedua Tim

  • Manchester United

Kekuatan:

  1. Pengalaman pemain senior seperti Casemiro, Bruno Fernandes, dan Raphael Varane.
  2. Kedalaman skuad yang mulai stabil, termasuk Garnacho dan Højlund yang sedang naik daun.
  3. Tradisi juara di kompetisi Eropa.

Kelemahan:

  1. Cedera yang masih menghantui, terutama di lini belakang.
  2. Inkonsistensi performa di lini depan, terutama Rashford.
  3. Tekanan besar untuk menyelamatkan musim setelah tersingkir dari persaingan juara Premier League.
  • Tottenham

Kekuatan:

  1. Serangan cepat dengan Son, Kulusevski, Maddison, dan Richarlison.
  2. Filosofi menyerang yang mampu membongkar pertahanan rapat.
  3. Semangat juang yang ditanamkan Postecoglou.

Kelemahan:

  1. Kurangnya pengalaman final Eropa (Spurs terakhir kali di final Eropa adalah Liga Champions 2019 vs Liverpool).
  2. Pertahanan yang masih rawan blunder.
  3. Ketergantungan pada Son dan Kane dalam momen-momen krusial.

Apa yang Dipertaruhkan?

Bagi Manchester United, gelar Liga Europa bisa menyelamatkan musim dan memastikan tiket Liga Champions, terutama jika mereka gagal finis empat besar di Premier League. Erik ten Hag, trofi ini juga bisa memperkuat posisinya di kursi manajer yang sempat digoyang rumor pemecatan.

Bagi Tottenham, trofi Liga Europa akan menjadi gelar Eropa pertama mereka dalam sejarah modern. Ini juga menjadi bukti sahih bahwa proyek Postecoglou berada di jalur yang benar. Bagi Harry Kane (jika tidak hengkang), ini akan menjadi pembuktian bahwa kesetiaannya akhirnya berbuah manis.

Siapa yang Lebih Diunggulkan?

Di atas kertas, Manchester United sedikit lebih diunggulkan berkat pengalaman mereka. Namun, Tottenham musim ini terbukti mampu menjegal tim-tim besar. Selain itu, final satu laga di stadion netral sering menghadirkan kejutan. Mentalitas, kesiapan fisik, dan kecerdasan taktik akan menjadi kunci.

Prediksi banyak pengamat: laga akan berjalan ketat, mungkin berakhir dengan skor 2-1 atau bahkan adu penalti.

Final Ini untuk Sepak Bola Inggris

Final ini bukan hanya soal Manchester United dan Spurs, tetapi juga representasi kekuatan Premier League di Eropa. Dalam beberapa musim terakhir, klub-klub Inggris mendominasi kompetisi Eropa: Liverpool, Chelsea, Manchester City, dan sekarang Manchester United dan Spurs.

All English final di Liga Europa juga memberi pesan bahwa sepak bola Inggris semakin seimbang. Bukan hanya “big four” yang berpotensi juara Eropa, tetapi klub seperti Spurs pun kini masuk peta elite Eropa.

Catatan dan Sejarah Lainnya

Ini adalah final Liga Europa kedua bagi United dalam lima musim terakhir (setelah 2021 vs Villarreal).

  • Ini adalah final Eropa pertama bagi Tottenham sejak final Liga Champions 2019.
  • Ini pertama kalinya kedua tim bertemu di final Eropa.
  • Kedua pelatih belum pernah meraih trofi Eropa utama dalam karier mereka, membuat duel ini semakin menarik.

Final Manchester United vs Tottenham Hotspur di Liga Europa musim ini bukan hanya pertandingan, tetapi juga perayaan sepak bola Inggris. Dua tim dengan sejarah, ambisi, dan filosofi berbeda akan bertarung memperebutkan gelar Eropa yang prestisius.

Apakah pengalaman United akan berbicara? Ataukah Tottenham akhirnya akan memecahkan kutukan dan meraih trofi besar di bawah Postecoglou? Apa pun hasilnya, yang pasti kita akan menyaksikan duel seru, penuh drama, dan layak dikenang dalam sejarah Liga Europa.

Ratna Devi adalah seorang profesional di bidang manajemen bisnis dengan pengalaman lebih dari 15 tahun. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 di bidang Ekonomi di Universitas Indonesia, Ratna melanjutkan studi S2 di Universitas Gadjah Mada. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan semangat untuk terus belajar, Ratna telah membangun karier yang cemerlang di berbagai perusahaan ternama di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *