skorbolaindonesia – Suasana panas menyelimuti laga persahabatan antara Manchester United dan tim All Star Asia Tenggara yang digelar di Stadion Nasional Bukit Jalil, Malaysia. Alih-alih disambut meriah oleh fansnya, Setan Merah justru menerima cemoohan dari sebagian penonton sendiri. Hujan kritik mengguyur performa tim, terutama di babak kedua yang dinilai lesu dan tidak menunjukkan semangat bertanding khas Manchester United.
Pelatih Sporting CP, Ruben Amorim, yang hadir sebagai tamu undangan sekaligus komentator teknis untuk stasiun olahraga Portugal, memberikan pandangannya terkait insiden yang sempat viral tersebut di Malaysia. Menurutnya, apa yang dialami Manchester United merupakan konsekuensi dari ekspektasi tinggi fans global terhadap klub sebesar mereka.
Manchester United Dicemooh di Negeri Jiran
Cemoohan mulai terdengar ketika laga memasuki menit ke-70. Saat itu, Manchester United tengah tertinggal 1-0 dari tim gabungan All Star Asia Tenggara. Banyak fans yang terlihat tidak puas dengan gaya permainan Manchester United, yang dianggap membosankan, kurang agresif, dan minim kreativitas. Bahkan, beberapa suporter terlihat meninggalkan stadion sebelum laga usai.
Yang lebih mengejutkan, banyak dari cemoohan tersebut datang dari pendukung setia Manchester United sendiri yang memakai jersey klub. Mereka tampaknya kecewa berat dengan performa tim yang sudah sejak musim lalu dinilai inkonsisten dan gagal menunjukkan arah perkembangan yang jelas di bawah asuhan pelatih saat ini, Erik ten Hag.
Laga berakhir dengan skor imbang 1-1 setelah gol telat dari Marcus Rashford menyelamatkan muka Manchester United. Namun, hasil itu tidak cukup memuaskan banyak penonton yang berharap melihat permainan menyerang dan penuh semangat khas klub yang dulu ditakuti di era Sir Alex Ferguson.
Amorim: “Saya Paham Reaksi Fans, Tapi Ada Faktor yang Tidak Terlihat”
Dalam wawancara pasca-laga bersama kanal RTP Portugal, Ruben Amorim menyampaikan pendapatnya mengenai suasana panas tersebut di Malaysia. Pelatih muda Portugal yang namanya sempat dikaitkan dengan kursi manajer di Old Trafford itu menyatakan bahwa reaksi fans adalah hal yang wajar.
“Ketika Anda mendukung klub besar seperti Manchester United, Anda membawa harapan, nostalgia, dan kebanggaan. Ketika tim tidak bermain sesuai ekspektasi, emosi mengambil alih. Itu manusiawi,” ujar Amorim.
Namun, ia juga menambahkan bahwa publik tidak selalu melihat apa yang sebenarnya terjadi di balik layar.
“Saya rasa banyak yang tidak menyadari betapa padatnya jadwal mereka, tekanan internal klub, dan perubahan yang sedang dicoba diterapkan. Kadang-kadang performa buruk bukan hanya soal taktik atau pemain, tapi juga mental dan transisi manajemen,” lanjutnya.
Sebagai pelatih yang membawa Sporting CP kembali ke jalur juara setelah bertahun-tahun tertinggal dari Benfica dan Porto, Ruben Amorim memahami tekanan dalam membangun tim besar. Ia menyebut proyek jangka panjang memerlukan kesabaran dan kepercayaan dari fans.
Baca Juga:
- Duel Sengit Juventus vs Arsenal Berebut Gyökeres, Berapa Dana Si Nyonya Tua?
- Real Betis vs Chelsea: Membandingkan Performa Pelakon Final Conference League
United di Persimpangan Jalan
Musim 2024/25 dianggap sebagai musim penentu bagi masa depan banyak pihak di Manchester United. Performa tim di bawah Erik ten Hag dinilai masih jauh dari harapan, meski berhasil membawa satu trofi Piala FA tahun lalu. Permasalahan utama yang terus dibicarakan adalah tidak konsistennya filosofi permainan, inkonsistensi performa individu pemain kunci, dan dinamika internal klub pasca perubahan struktur manajemen di bawah pemilik minoritas baru, INEOS.
Bahkan, kabarnya jajaran direksi tengah mempertimbangkan beberapa opsi pelatih baru untuk musim depan apabila performa tim tak kunjung membaik. Salah satu nama yang kerap disebut adalah Ruben Amorim sendiri, yang dikenal dengan filosofi permainan progresif, pressing tinggi, dan keberaniannya memberi kepercayaan pada pemain muda.
Mengenai rumor tersebut, Amorim menjawab diplomatis.
“Saya sangat menghormati Manchester United, tapi saat ini saya fokus sepenuhnya pada proyek bersama Sporting. Namun, dalam sepak bola, kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi besok,” ucapnya sambil tersenyum.
Fans Merasa Tidak Didengar
Salah satu penyebab memuncaknya kekecewaan fans Manchester United di Malaysia adalah rasa bahwa suara mereka tidak lagi didengar. Beberapa kelompok suporter bahkan membawa spanduk yang bertuliskan “Restore Our Identity” dan “We Miss Our United,” mengisyaratkan kerinduan terhadap masa-masa ketika tim bermain dengan intensitas, keberanian, dan semangat juang tinggi.
Banyak yang menganggap bahwa para pemain saat ini bermain tanpa rasa tanggung jawab terhadap lambang klub yang mereka kenakan. Beberapa pemain seperti Jadon Sancho, Antony, dan Casemiro bahkan mendapat sorakan sinis saat menyentuh bola, karena performa mereka dinilai jauh dari level yang diharapkan.
Ruben Amorim: Solusi atau Ilusi?
Di tengah ketidakpastian tersebut, nama Ruben Amorim mulai disebut-sebut sebagai kandidat ideal untuk membangkitkan kembali kejayaan United. Meski belum pernah melatih di luar Portugal, Amorim menunjukkan kapasitas besar sebagai pelatih visioner.
Di Sporting CP, ia sukses memadukan pemain muda dan senior dalam sistem 3-4-3 yang atraktif. Ia juga dikenal mampu memotivasi pemain dan menciptakan atmosfer ruang ganti yang positif — sesuatu yang menurut banyak pihak sangat dibutuhkan di Old Trafford saat ini.
Namun, ada juga pihak yang meragukan apakah Amorim siap mengemban tekanan besar melatih klub sebesar Manchester United. Liga Inggris jelas memiliki dinamika yang sangat berbeda dari Liga Portugal, baik dari segi kecepatan permainan, ekspektasi media, hingga tekanan finansial.
Harapan di Tengah Kekecewaan
Insiden cemoohan terhadap Manchester United di Malaysia adalah sinyal keras bahwa para fans menginginkan perubahan nyata, bukan sekadar janji dan harapan kosong. Ruben Amorim, meski saat ini hanya menjadi pengamat dari jauh, telah menunjukkan empatinya terhadap situasi klub dan suporter.
Apakah ia akan menjadi sosok penyelamat? Hanya waktu yang bisa menjawab. Namun yang pasti, Manchester United tidak bisa terus berjalan seperti ini. Klub sebesar mereka membutuhkan arah, visi, dan figur yang bisa mengembalikan identitas sejatinya. Sebagai klub yang di takuti lawan, di cintai penggemar, dan di hormati dunia.