skorbolaindonesia – Saat pengumuman resmi datang bahwa Xabi Alonso kembali ke Real Madrid sebagai pelatih kepala, dunia sepak bola seolah berhenti sejenak. Para penggemar Los Blancos langsung dibanjiri nostalgia — mengingat elegansi Alonso sebagai gelandang bertahan di era keemasan. Namun, di balik euforia itu, muncul pertanyaan besar: Apakah ini strategi jenius dari manajemen Real Madrid atau justru sebuah risiko besar?
Mengangkat legenda klub sebagai pelatih bukan hal baru di Santiago Bernabéu. Zinedine Zidane pernah melakukannya dengan sukses luar biasa. Namun, sejarah juga menunjukkan bahwa tak semua eks pemain bisa langsung sukses di kursi panas Bernabéu. Dalam artikel ini, kita akan mengupas latar belakang Xabi Alonso, bagaimana ia membentuk identitas sebagai pelatih, alasannya kembali ke Real Madrid, serta potensi risiko dan imbalan dari keputusan besar ini.
Xabi Alonso: Dari Jenderal Lapangan ke Arsitek Taktik
Lahir di Tolosa, Spanyol pada 1981, Xabi Alonso menjalani karier bermain gemilang bersama klub-klub besar seperti Real Sociedad, Liverpool, Real Madrid, dan Bayern Munich. Sebagai gelandang, ia dikenal karena visi bermain, akurasi umpan, dan ketenangan luar biasa. Bersama Real Madrid, Alonso adalah bagian dari skuat La Décima (Liga Champions ke-10) dan salah satu pilar di bawah manajemen José Mourinho dan Carlo Ancelotti.
Namun setelah pensiun, Alonso tidak terburu-buru terjun ke dunia kepelatihan level atas. Ia memulai dari bawah — melatih tim muda Real Madrid, kemudian menangani Real Sociedad B, dan akhirnya pada 2022, menerima tantangan melatih Bayer Leverkusen.
Keputusannya membuktikan kecerdasan dan kerendahan hati. Dalam waktu singkat, Alonso mengubah Leverkusen dari tim medioker Bundesliga menjadi juara liga untuk pertama kalinya dalam sejarah klub. Ia juga mencatatkan rekor tak terkalahkan sepanjang musim 2024/2025, menjadikannya salah satu pelatih paling menjanjikan di Eropa.
Gaya Bermain: Modern, Elegan, Efisien
Sebagai pelatih, Alonso membawa pendekatan yang moderat namun fleksibel. Ia tidak terjebak pada satu sistem kaku, tetapi memprioritaskan:
- Kontrol lini tengah
- Penguasaan bola efektif
- Pressing terstruktur
- Transisi cepat saat menyerang
Formasi favoritnya adalah 3-4-2-1 atau 4-2-3-1, tergantung lawan dan kondisi pemain. Gaya ini memungkinkan timnya tetap solid di belakang tanpa kehilangan kemampuan menyerang.
Yang menarik, filosofi Alonso tidak jauh dari DNA Real Madrid: elegan namun tajam, menghibur tapi juga pragmatis. Ia pelatih muda dengan semangat baru, tapi memahami betul budaya Real Madrid — kombinasi yang sulit ditemukan.
Alasan Real Madrid Mengangkat Alonso
Ada beberapa alasan kuat mengapa Florentino Pérez dan manajemen Real Madrid menunjuk Alonso sebagai pelatih:
- Melanjutkan Regenerasi Generasi Baru
Real Madrid sedang dalam masa transisi skuad. Pemain-pemain seperti Luka Modrić, Toni Kroos, dan Nacho mulai menepi. Sementara itu, Bellingham, Camavinga, Tchouaméni, dan Vinícius Jr. siap menjadi tulang punggung baru.
Alonso dianggap cocok untuk membimbing generasi muda dengan pendekatan modern namun berbasis filosofi klasik.
- Popularitas dan Respek
Sebagai mantan pemain yang sangat dihormati, Alonso langsung mendapat respek dari ruang ganti dan fans. Ini penting dalam klub seperti Madrid, di mana tekanan media dan ekspektasi suporter luar biasa tinggi.
- Sukses Terbukti di Leverkusen
Apa yang dilakukan Alonso di Bayer Leverkusen bukan kebetulan. Ia menciptakan tim yang bermain atraktif namun efisien — sesuatu yang selalu dicari Madrid. Membawa klub seperti Leverkusen menjadi juara Bundesliga dan semifinalis Liga Champions adalah pencapaian luar biasa.
Baca Juga:
- Membawa Napoli Juara Tidaklah Mudah!
- Ogah Berpisah, Real Betis Mau Permanenkan Antony dari Manchester United
Risiko yang Mengintai di Santiago Bernabéu
Namun, di balik semua potensi itu, tetap ada risiko besar. Kepelatihan di Real Madrid tidak seperti klub lain. Ekspektasi di Bernabéu adalah trofi atau kegagalan. Tidak ada ruang untuk proses terlalu lama.
- Minim Pengalaman di Klub Besar
Meskipun sukses di Jerman, Alonso belum pernah melatih klub dengan tekanan dan kultur sebesar Real Madrid. Fans Madrid tidak sabar. Empat hasil imbang saja bisa jadi krisis nasional.
- Mengelola Ego Bintang
Ruang ganti Madrid penuh pemain bintang dan karakter kuat. Mengelola ego Vinícius Jr., Bellingham, Rodrygo, hingga veteran seperti Dani Carvajal bukan pekerjaan mudah. Alonso harus punya manajemen manusia (man-management) yang luar biasa.
- Perbandingan Tak Terhindarkan dengan Zidane
Zidane adalah contoh sukses eks pemain yang jadi pelatih Madrid. Tapi keberhasilan Zizou justru menjadi beban bagi Alonso. Ia akan terus dibandingkan — padahal konteks dan skuadnya sangat berbeda.
Tantangan Taktis Musim Perdana
Jika musim 2025/2026 menjadi musim debut Alonso di Madrid, maka tantangan besarnya akan datang dari beberapa aspek:
- Mencari pengganti Kroos dan Modrić secara taktik
- Menjaga keseimbangan antara pertahanan yang rapuh musim lalu dan eksplosivitas lini depan
- Integrasi pemain baru seperti Endrick atau bek anyar
- Menghadapi Barcelona yang bangkit dan Atlético yang terus konsisten
Alonso tidak hanya harus menang, tetapi harus menang dengan cara Madrid: menyerang, menghibur, dan spektakuler.
Dukungan dari Presiden dan Legenda Klub
Florentino Pérez dikenal tidak segan memecat pelatih jika hasil tak sesuai harapan. Namun, untuk Alonso, banyak pihak menyebut bahwa sang presiden akan memberi waktu dan dukungan penuh, karena melihatnya sebagai proyek jangka panjang — bukan hanya solusi instan.
Legenda klub seperti Iker Casillas dan Raúl juga menyatakan dukungan. Raúl bahkan pernah berkata:
“Jika ada yang memahami Real Madrid dalam dan luar, itu adalah Xabi.”
Dukungan ini penting untuk membangun kredibilitas Alonso di mata publik dan internal klub.
Suara dari Suporter: Harapan dan Kekhawatiran
Respons dari para Madridista sangat positif, meski bercampur was-was. Di media sosial, tagar seperti #BienvenidoXabi dan #EraAlonso menjadi trending. Banyak yang berharap Alonso bisa membangun “dinasti baru” seperti yang dilakukan Guardiola di Barcelona atau Arteta di Arsenal.
Namun, ada juga kekhawatiran soal kurangnya pengalaman dan apakah ia akan sanggup menghadapi tekanan ekstrem yang selalu datang bersama pekerjaan sebagai pelatih Real Madrid.
Strategi Genius dengan Risiko Tertentu
Penunjukan Xabi Alonso sebagai pelatih Real Madrid adalah strategi berani dan berpotensi luar biasa, tapi tidak tanpa risiko. Ia membawa kombinasi ideal: pemahaman mendalam tentang klub, filosofi sepak bola modern, dan kredibilitas sebagai pemenang.
Jika berhasil, Alonso bisa menjadi arsitek generasi emas baru Real Madrid. Namun jika gagal, sejarah akan mencatatnya sebagai satu lagi legenda yang tak sanggup mengubah kecintaan menjadi kemenangan.
Pada akhirnya, seperti semua hal di Madrid, hasillah yang bicara. Dan untuk Xabi Alonso, panggung kini sudah siap. Sorotan tertuju padanya, dan Bernabéu menanti keajaiban baru dari sang maestro yang kini kembali sebagai pemimpin.