skorbolaindonesia – Datang dengan harapan tinggi dan label harga mahal, Rasmus Højlund kini tengah menghadapi ujian terberat dalam karier mudanya. Striker asal Denmark yang didatangkan Manchester United dari Atalanta pada musim panas 2023 dengan nilai transfer yang kabarnya mencapai £72 juta itu, kini justru berada di pusaran sorotan — bukan karena ketajamannya, tetapi karena performanya yang menurun drastis dan krisis kepercayaan diri yang tampaknya mulai merundungnya.
Usianya masih 21 tahun, tapi beban yang harus dipikul seolah milik pemain senior. Fans menuntut gol, media mempertanyakan kontribusinya, dan tekanan dari dalam klub semakin menyesakkan. Dalam kondisi seperti ini, banyak pihak bertanya-tanya: apakah Højlund siap menjadi striker utama Manchester United? Atau apakah ia justru sedang kehilangan arah?
Mari kita bedah lebih dalam situasi sulit yang sedang dialami Rasmus Højlund di Old Trafford.
Awal yang Menjanjikan
Saat pertama kali tiba di Manchester, Højlund langsung menyita perhatian berkat postur fisiknya yang atletis, kecepatan, dan naluri menyerangnya yang tajam. Di Liga Champions, ia sempat menunjukkan kilasan potensi luar biasa dengan mencetak 5 gol dalam 6 pertandingan fase grup — lebih banyak dari penyerang mana pun di United pada ajang tersebut.
Aksi-aksinya di Eropa membuat fans United percaya bahwa mereka telah menemukan ‘the next big thing’ setelah bertahun-tahun mengalami krisis striker usai era Wayne Rooney dan Robin van Persie.
Namun sayangnya, performa di Premier League berkata lain.
Mandul di Liga Domestik: Alarm Bahaya
Selama berbulan-bulan setelah kedatangannya, Højlund kesulitan mencetak gol di Premier League. Ia sering terisolasi di lini depan, minim suplai bola, dan tampak frustrasi di banyak pertandingan. Bahkan dalam laga-laga kandang di Old Trafford, dia kerap terlihat “menghilang”, hanya menyentuh bola beberapa kali tanpa kontribusi signifikan.
Para pengamat mulai mengkritik kemampuan decision-making-nya, gerak tanpa bola, dan kurangnya chemistry dengan pemain seperti Bruno Fernandes atau Marcus Rashford. Hal ini membuat Højlund berada dalam situasi yang berbahaya: ekspektasi tinggi, tetapi kontribusi nyata belum terlihat.
Bahkan Erik ten Hag, pelatih yang sangat percaya pada proyek jangka panjang, mulai terlihat kesulitan membela penyerang mudanya itu saat menghadapi tekanan dari media.
Tekanan Harga dan Label “The New Haaland”
Sebagai striker muda berpostur besar dari Skandinavia, Højlund sejak awal disandingkan dengan Erling Haaland. Perbandingan ini jelas tidak adil, apalagi mengingat Haaland sudah menjadi mesin gol sejak musim debutnya di Premier League bersama Manchester City.
Sayangnya, media Inggris — dan sebagian fans — tidak segan-segan memupuk narasi ini. Højlund pun tak bisa menghindar dari bayang-bayang perbandingan tersebut. Dalam banyak kesempatan, ekspresi wajahnya di lapangan mencerminkan tekanan besar yang sedang ia hadapi.
Apalagi, ketika Haaland mencetak hat-trick dan Højlund gagal mencetak gol, meme dan komentar pedas pun membanjiri media sosial. Sangat sedikit ruang bagi striker muda ini untuk belajar dan berkembang tanpa tekanan berlebihan.
Krisis Kepercayaan Diri yang Semakin Dalam
Seiring berjalannya waktu dan minimnya kontribusi gol, kepercayaan diri Højlund mulai runtuh. Terlihat jelas dalam bahasa tubuhnya di lapangan: kehilangan bola mudah, enggan mengambil risiko, dan sering menyalahkan dirinya sendiri setiap kali gagal mengeksekusi peluang.
Situasi ini adalah mimpi buruk bagi seorang striker, karena posisi penyerang sangat bergantung pada mental dan insting. Ketika kepercayaan diri runtuh, bahkan peluang paling sederhana pun bisa gagal dimaksimalkan.
Beberapa laporan dari internal klub menyebutkan bahwa tim pelatih United mulai memberikan dukungan ekstra dalam sesi latihan, termasuk sesi khusus penyelesaian akhir dan pendekatan psikologis untuk membantu mengembalikan mentalitas sang pemain. Tapi seperti yang kita tahu, pemulihan kepercayaan diri bukan hal instan — apalagi di klub sebesar Manchester United, di mana kesabaran publik sangat terbatas.
Baca Juga:
- Catatan Menarik Ipswich Town vs Arsenal: The Gunners Makin Ganas di Laga Tandang
- Enzo Maresca: Terlalu Dini Bagi Chelsea untuk Bicara Liga Champions!
Faktor-Faktor di Luar Diri Højlund
Meski performanya menurun, penting untuk melihat konteks yang lebih luas. Højlund bukan satu-satunya masalah di lini depan United. Sistem permainan yang belum stabil, cedera pemain kunci seperti Luke Shaw dan Lisandro Martínez, hingga performa inkonsisten dari Rashford dan Antony turut mempengaruhi suplai bola ke depan.
United saat ini kesulitan membangun serangan yang rapi dari belakang. Dalam banyak pertandingan, Højlund terlihat “kelaparan” tanpa umpan-umpan berkualitas. Tanpa servis, seorang striker akan kesulitan mencetak gol — bahkan striker terbaik dunia sekalipun.
Artinya, Højlund bukan sepenuhnya gagal. Ia adalah korban dari sistem tim yang belum bekerja dengan baik. Ia juga pemain muda yang belum sepenuhnya matang secara taktik dan psikologis. Mengharapkan dia langsung menjadi pemecah masalah bisa jadi tuntutan yang terlalu berat.
Peran Erik ten Hag: Bertahan atau Evaluasi?
Erik ten Hag dikenal sebagai pelatih yang percaya pada proses. Ia membangun Ajax dengan pemain-pemain muda dan melihat potensi jangka panjang. Højlund pun termasuk dalam kategori pemain yang bisa berkembang jika diberi waktu.
Namun, dalam situasi Manchester United saat ini — di mana posisi klasemen tidak stabil, tekanan dari fans dan media meningkat, serta target Liga Champions masih abu-abu — Ten Hag tidak punya banyak waktu untuk “bereksperimen”.
Jika performa Højlund terus menurun, bukan tidak mungkin pelatih asal Belanda itu mulai mencari opsi alternatif. Rumor transfer mulai muncul, dan United kabarnya sudah mengincar striker baru untuk musim depan sebagai kompetitor atau bahkan pengganti jangka pendek.
Apa yang Bisa Menyelamatkan Højlund?
Di tengah badai kritik dan tekanan, masih ada harapan bagi Højlund. Berikut beberapa hal yang bisa membantunya keluar dari krisis ini:
- Dukungan Penuh dari Klub
Pemain muda butuh lingkungan yang suportif. Klub bisa menyediakan psikolog olahraga, pelatih pribadi, hingga mentor senior untuk mendampinginya secara intensif.
- Gol yang Mengubah Segalanya
Kadang, cukup satu gol — entah itu tap-in atau penalti — untuk mengubah segalanya. Seorang striker hanya butuh momen yang menghidupkan kembali rasa percaya dirinya.
- Rekonstruksi Sistem Serangan
United perlu membangun sistem permainan yang mendukung striker seperti Højlund. Lebih banyak suplai bola dari lini tengah, lebih agresif dalam menyerang dari sisi, dan pendekatan taktik yang lebih cair bisa membantunya berkembang.
- Kesabaran Publik
Fans dan media juga memegang peran penting. Jika tekanan terlalu keras, pemain bisa hancur sebelum berkembang. Tapi jika diberi ruang untuk tumbuh, Højlund bisa menjadi aset jangka panjang bagi klub.
Harapan di Tengah Ketidakpastian
Rasmus Højlund masih sangat muda. Banyak striker hebat yang tak langsung bersinar di awal kariernya. Didier Drogba, Karim Benzema, bahkan Thierry Henry butuh waktu untuk berkembang sebelum menjadi legenda. Yang membedakan mereka adalah dukungan, ketekunan, dan waktu.
Manchester United punya aset besar dalam diri Højlund. Tapi untuk membuat investasi ini berhasil, mereka harus menyadari bahwa pembangunan bukan hanya soal transfer, tapi soal membentuk karakter dan memberi ruang untuk berkembang.
Krisis yang dialami Højlund bukan akhir dari cerita. Justru ini bisa menjadi titik balik, jika ditangani dengan bijak. Waktunya masih ada — yang dibutuhkan hanyalah keyakinan bahwa badai ini akan berlalu, dan striker muda ini bisa bersinar seperti yang diyakini banyak orang saat ia pertama kali menginjakkan kaki di Old Trafford.